THE MEDIATION OF LEARNING IN THE ZONE OF PROXIMAL
DEVELOPMENT THROUGH A CO-CONSTRUCTED
WRITING ACTIVITY
A.
PENDAHULUAN
Dasar pemikiran
dari makalah ini adalah mengenai
kegiatan menulis yang merupakan bentuk kompleks kegiatan sosial dan budaya yang
melibatkan "Abstraksi Tingkat Tinggi" yang dimaknai sebagai
komunikasi siswa (Vygotsky, 1986, hlm. 181).
Tema utama dalam makalah ini akan merujuk pada argumen
yang menyatakan bahwa bentuk pembelajaran yang paling kuat terjadi ketika siswa
bekerja dalam Pengembangan zona proksimal (ZPD), yang didefinisikan oleh
Vygotsky (1978) sebagai jarak antara tingkat perkembangan aktual seperti yang
ditentukan oleh kebebasan dalam pemecahan masalah dan tingkat perkembangan
potensial yang ditentukan melalui pemecahan masalah dibawah bimbingan orang
dewasa atau bekerjasama dengan rekan-rekan yang lebih mampu. (hal. 86)
Studi kasus ini dari penelitian ini adalah interaksi yang
terjadi antara siswa dan guru di sebuah Sekolah Menengah di Inggris. Melalui
analisis hasil dari isi pengembangan bersama antara siswa dan guru, alasan
pengembangan adalah bahwa pengembangan kegiatan menulis merupakan elemen
penting untuk mewakili pembelajar sendiri dalam penciptaan diri di lingkungan
sosial. Artikel ini juga berfokus pada argumen bahwa kunci untuk memahami
perkembangan fungsi psikologis dan mental individu terletak dalam menganalisis
interaksi sosial individu serta hubungannya dengan budaya belajar dan mengajar.
B.
TINJAUAN LITERATUR
a.
Mediasi dan Menulis
Dalam konteks pembelajaran sekolah, Vygotsky menyatakan
bahwa perkembangan anak dalam ZPD melibatkan interaksi sosial, dialog, dan
aktivitas penengah antara peserta didik dengan guru mereka (Vygotsky, 1978,
1986; Vygotsky & Luria, 1994). Mediasi Menurut Vygotsky adalah semua
perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dan dimediasikan secara psikologis.
Vygotsky membedakan antara fungsi mediasi alat yang
" berorientasi keluar" dan berfungsi sebagai petunjuk pengaruh
manusia pada objek aktivitas dan tanda-tanda
yang" berorientasi kedalam"dan" yang bertujuan menguasai diri
"(Vygotsky, 1978, hal. 55). Teori sosial budaya (misalnya, John-Steiner
& Mahn,1996; Moll, 1990; Wertsch, 1985a, 1985b) dan teori aktivitas
(misalnya, Cole, 1996;Engeström, 2001) menggunakan istilah "alat
budaya" untuk merujuk pada kedua alat fisik (misalnya,pena,komputer) dan
alat-alat psikologis seperti bahasa.
Sebagai contoh, Wertsch (2002) mengklaim bahwa tindakan
dan pikiran secara fundamental dibentuk baik oleh 'alat budaya' dan “mediasi” yang
maknanya bahwa individu dan kelompok bekerja "(hal. 105). Brown, Ash,
Rutherford, Nakagawa, dan Campione (1993) menunjukkan bahwa perantara aktif
dalam ZPD yang dapat mencakup orang, orang dewasa dan anak-anak, dengan
berbagai tingkat keahlian, tetapi mereka dapat juga mencakup artefak seperti
buku,video, gambar-gambar seperti mading, peralatan ilmiah, dan lingkungan
komputer dimaksudkan untuk mendukung pembelajaran yang disengaja "(hal.
191).
Dengan demikian Mediasi Menurut
Vygotsky, merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar
pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu:
(1) tema mediasi semiotik di mana, tanda-tanda atau
lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar
pemahamannya ini didapat dari hal yang belum ada di sekitar kita, kemudian
dibuat oleh orang yang lebih faham untuk membantu mengkontruksi pemikiran kita
dan akhirnya kita menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan;
(2) Scaffolding di mana tanda-tanda atau lambang-lambang yang
digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat
dari hal yang memang sudah ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih
faham tentang tanda tanda atau lambang-lambang tersebut akan membantu
menjelaskan kepada orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal
yang dimaksudkan.
Menulis, dalam hal ini yang terletak dari kegiatan sosial,
dapat dilihat sebagai mediasi secara sosial melalui kegiatan siswa
mengembangkan kemampuan untuk menyebarkan fungsi psikologis "Semantik
(pembelajaran tentang makna) --- penataan yang disengaja dari jaringan
makna" (Vygotsky, 1986, hlm. 182). Vygotsky (1978) menjelaskan bahwa ZPD
"mendefinisikan fungsi-fungsi yang belum matang tetapi dalam proses
pematangan "(hal. 86) dan menambahkan bahwa "Belajar terbangun diberbagai
proses perkembangan internal yang mampu beroperasi hanya ketika anak
berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya dan bekerjasama dengan
teman-temannya, (ibid., hlm.90). Dengan kata lain, mediasi, kegiatan sosial
adalah kunci yang baik untuk belajar dan untuk perkembangan kognitif.
b.
Teori Tentang Proses Menulis
Selama tahun 1970-an dan 1980-an, gagasan proses lokakarya
penulisan mulai berpengaruh dalam bidang pendidikan pengajaran bahasa Inggris
terutama di Amerika Utara, kemudian di Australia dan Inggris. Dalam sebuah
artikel pendek yang terkenal, Murray (1972) berpendapat bahwa tulisan harus
diajarkan sebagai suatu proses, bukan sebagai produk:
“Bagaimana proses kita harus mengajar? Ini adalah proses
penemuan melalui bahasa. proses eksplorasi itu adalah apa yang kita tahu dan
apa yang kita rasakan tentang apa yang kita ketahui melalui bahasa. Ini adalah
proses menggunakan bahasa untuk belajar tentang dunia kita, untuk mengevaluasi
apa yang kita pelajari tentang dunia kita, untuk mengkomunikasikan apa yang
kita pelajari tentang dunia kita.”
Teori tentang
proses menulis ikut memecahkan masalah dari teori yang berpendapat bahwa pembelajaran
menulis merupakan proses reduksionis dalam upaya untuk menggambarkan proses
universal dan tulisan yang bersifat publik dan interpretatif (Kent, 1999;
Ivanic, 2004). Applebee (1986), dalam
kritik terhadap konsep asli proses penulisan, berpendapat bahwa banyak proyek yang
gagal karena pemahaman yang tidak memadai tentang apa yang penulis lakukan
ketika mereka menulis untuk tujuan tertentu. Dia mendukung kerangka
instruksional yang didasarkan pada gagasan bahwa "belajar adalah suatu
proses internalisasi bertahap rutinitas dan prosedur yang tersedia untuk
pelajar dari konteks sosial dan budaya di mana pembelajaran berlangsung
"(hal. 108).
Teori-teori
kognitif Flowers dan Hayes (1980) dan Bereiter dan Scardamalia (1987)
menekankan pentingnya revisi proses komposisi sebagaimana seorang penulis
menjadi lebih ahli. Namun, teori sejarah budaya dan sosial budaya menulis (e.g,
Bazerman, 2012; Bazerman & Sebelum 2004; Myhill, 2010; Prior 2006; Russell,
2009; Smagorinsky, 2008) berfokus pada sosial dan penerapan budaya yang melibatkan
kegiatan menulis dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Mediasi perangkat
budaya dan psikologis dalam kegiatan menulis tema tertentu terpusat untuk
memahami perkembangan aktivitas menulis. Russell (1995) berpendapat bahwa sifat
dialektis dari sistem kegiatan menulis yang mengarah ke perubahan melalui
kegiatan bersama. Bazerman (2012) menyatakan tingginya tingkat imajinasi,
pengumpulan informasi, menyusun mental, dan makna diperlukan untuk kegiatan membaca
dan menulis yang menunjukkan bahwa proses adaptif terus-menerus berlangsung,
dan otak ikut mengatur untuk tindakan tertentu(hal.102).
Definisi menulis
secara sosial dan kontekstual kompatibel dengan analisis sosial budaya terkait menulis.
Seperti Vygotsky (1978) katakan, "menulis harus bermakna dan cara alami
mengajar membaca dan menulis melibatkan operasi yang sesuai pada lingkungan
anak "(hlm. 117-118).
C.
METODE
Data yang disajikan dan dibahas dalam makalah ini diambil dari proyek
penelitian yang dipengaruhi oleh Vygotskian dan teori sosial budaya yang
dirancang untuk memperbaiki praktek pedagogis guru bahasa Inggris. Penelitian
tindakan Kelas dalam pendidikan berusaha untuk menantang dan mengubah praktek
dalam rangka meningkatkan pengalaman pendidikan siswa (Herr & Anderson,
2005; Lomax, 2002; McNiff, 1988; Somekh, 2006; Somekh & Zeichner, 2009).
Studi kasus yang disajikan dalam artikel ini diambil dari data video siswa
kelas 2 (atau kelas 8) (usia 12-13) dari kelas pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan
oleh peneliti yang merupakan seorang guru kelas pada tahun 2004. Analisis ini berkonsentrasi
pada interaksi antara siswa 13 tahun, diidentifikasi sebagai John, dan peneliti
sebagai gurunya yang terlibat dalam kegiatan penulisan kolaboratif naskah dan
model untuk kelas 8 pelajaran bahasa Inggris. Dari hasil temuan peneliti ada ketidakseimbangan
antara ide-ide dan praktek di bidang penulisan yang akhirnya membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terkait zona perkembangan proksimal siswa
(ZPD). Jelas terdapat perbedaan antara kemampuan siswa untuk menulis secara bebas
dan apa yang bisa mereka capai dengan bimbingan, dengan yang mereka lakukan
secara mandiri dalam meningkatkan
tulisan mereka. Biasanya, siswa berjuang untuk menghasilkan tulisan kohesif (berhubungan)
yang ditujukan khalayak tertentu. Panofsky
(2003) berpendapat bahwa saling menghormati dan percaya mungkin menjadi
prasyarat untuk membangun dialog dalam ZPD.
D.
KERANGKA KONSEP ZPD
Meskipun pada
akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman
sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi
dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Pada satu sisi,
Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif sejalan dengan kemajuan
anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa anak-anak mampu melakukan sesuatu
sendiri. Pada sisi lain, Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak
berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum
matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Vygotsky membedakan
antara actual development dan potensial development pada anak. Actual
development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah
petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori
Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development
dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud
dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan
perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,
perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan,
siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin
secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Melalui perubahan
yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan
pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian
menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar
untuk pengaturan sendiri (self-regulasi).
Menanggapi
pandangan Piaget yang mengatakan terdapat umur yang dijadikan patokan secara
universal seperti umur 0-2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor
stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2 sampai 5 tahun adalah tahapan
preoperational stage, umur 7–11 tahun adalah tahap concrete operation, dan 12
ke atas adalah tahap penguasaan pikiran, Vigostsky mengatakan jangan hanya
terikat pada apa yang dijadikan patokan oleh Piaget apa lagi Piaget mengambil
penelitian di rumah anak yatim piatu yang sesungguhnya meneliti anak yang
pertumbuhannya tidak wajar karena tidak memiliki sanak keluarga kecuali
teman-teman mereka sendiri. Padahal sangat perlu adanya interaksi dengan yang
lain.
Oleh karena itu,
Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal
Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai
dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual dengan
tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas
empat tahap.
·
Pertama, Assistance Provided by More CapableOthers,
yakni tahapan di mana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain
seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan
lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif
dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
·
Kedua, Assistance Provided by Self, di mana
kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain,
tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya
sendiri.
·
Ketiga, Performance is Developed, di mana
kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan
pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan
arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini
belum mencapai kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri
dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
·
Keempat, Recursion atau De-automatization
stage, di mana kinerja anak mampu
mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara
berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang
disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
Vygostsky adalah seorang ilmuan yang menekankan pada
pentingnya memperhatikan konstruksi sosial. Menurut dia, seluruh perkembangan
dan prilaku manusia selalu ada proses kesesuaian antara prilakunya dengan
konstruksi sosial, process of approriation
by behavior. Appropriation berarti kesesuaian prilaku dengan konstruksi
sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu teorinya
dikenal dengan istilah social constructivist.
Vygostsky mengatakan bahwa memang perkembangan kognitif
sangat terkait dengan proses dasar-dasar biologis manusia yang banyak
kemiripannya dengan binatang, tetapi masih ada psikologis tinggi seperti pada
setiap anak lahir dengan membawa rentangan kemampuan, persepsi, dan perhatian
dalam konteks sosial dan pendidikan akan tertransformasikan.
Artinya perubahan itu terjadi kalau anak tersebut dididik
dalam konteks sosial melalui hukum sosial, bahasa, sarana, kebudayaan tertentu
yang dapat menjadikan fungsi psikologis kognisi tinggi. Inilah ciri pandangan
Vygostsky yang mendapat pertentangan yang sangat hebat di Rusia, terutama dari
kaum behavioris yang bernama Ivan Pavlov.
Selanjutnya, Vygostsky juga mengemukakan adanya
scaffolded instruction, pembelajaran yang mengikuti lompatan-lompatan, yang dia
bagi ke dalam tiga prinsip utama, yaitu holistik yang artinya harus bermakna,
harus dalam konteks sosial tertentu, harus memiliki peluang untuk berubah dan
terkait antara tingkat yang satu dengan tingkat berikutnya.
E.
Temuan
a.
Konteks Sosial dan Emosional di Ruang Kelas
Pada penelitian tentang John, Konteks sosial dan
emosional dari lingkungan kelas yang berbeda memiliki motivasi yang jelas berpengaruh
pada John. Sikapnya lebih positif daripada sikap normal dalam di ruang komputer
daripada kelas bahasa Inggris, dan ia juga tetap bekerja pada komputer dengan
cepat dan diam-diam. Dalam pelajaran sebelumnya di ruang komputer, peneliti
telah meminta kelas untuk menuliskan efek positif dan negatif dari bekerja dengan
komputer. Komentar John mengungkapkan beberapa alasan yang membuatnya merasa
positif terhadap teknologi baru:
“Komputer dapat membantu kita menulis karena tulisan
terlihat lebih menarik. Kata-kata baru, warna, cek kalimat membuat kamu merasa
kamu sudah melakukan lebih, menulis lebih cepat dan membantu kamu menyimpan
data dan dapat membantu kamu menempatkan lebih rinci pekerjaan kamu. Aku juga
berfikir komputer buruk karena dapat menyebabkan kerusakan dan ketakutan pada kita
dan bisa kehabisan tinta. Komputer lebih rapi daripada tulisan tangan saya.”
John percaya bahwa komputer "dapat membantu kita
menulis" seolah-olah komputer itu sendiri menjadi mitra aktif dalam proses
komposisi alat yang mampu untuk memanipulasi dia. Dia juga mengatakan bahwa
komputer membantu dia untuk menulis "lebih cepat" dan Membuat Anda
merasa Anda telah melakukan lebih," menunjukkan bahwa sikap untuk menulis
menggunakan pengolah kata adalah secara kualitas berbeda dari sikapnya ketika
ia menulis dengan tangan.
Kemajuan Perasaan itu kontras dengan pengalaman yang
normal john menulis di kelas, yang ditandai dengan kegagalan dan frustrasi.
Komentar bahwa ia bisa menyimpan data dan "menempatkan lebih rinci"
dalam tulisannya menunjukkan sikap positif terhadap penyusunan kembali pekerjaan
kelasnya. John menyukai "melihat" pekerjaannya tertulis dikomputer
dan meskipun komentar negatif nya membuat frustrasi masa lalu dengan kesulitan
teknis, ia kembali ke presentasi di akhir, merasa bahwa teks komputer adalah
lebih rapi daripada tulisan tangannya sendiri.
b.
Tugas dan perjanjian
Tugas, narasi ganda,
dirancang untuk melibatkan siswa dalam tugas menulis kolaboratif. Dua narasi merujuk
pada penggunaan suara narasi yang menceritakan satu cerita dari dua perspektif
yang kontras. Tugas menulis ini cocok untuk menulis kolaboratif, sepasang siswa
dapat bernegosiasi narasi bersama, mengadopsi suara narasi yang berbeda, dan
bernegosiasi bersama terkait hasil naskah. Peneliti bertujuan mengembangkan
naskah dengan bersama John dengan makasud untuk memainkan peran mitra sejajar dalam
makna negosiasi.
Setelah sesi guru memimpin pelajaran di sesi awal yang
menjelaskan tugas narasi ganda, peneliti menjelaskan kepada John bahwa ia akan
bekerja bersama John menulis cerita. John diminta untuk memilih tema cerita dan
memulai rencana. John dengan cepat mulai merencanakan ceritanya di komputer dan
memberikannya judul "The Thing from Shelby." John biasanya butuh
beberapa menit untuk mulai menulis apapun dan harus diminta beberapa kali.
Namun, kombinasi dari konteks tertentu di rangkaian komputer, tugas menulis dan
fakta bahwa ia mampu menggunakan komputer jelas menjadi motivasi baginya. Ini
adalah kemajuan konseptual untuk John, yang menunjukkan bahwa ia bergerak ke
Tahap Dua perkembangan ZPD (membantu kinerja diri). Dengan bekerja melalui perkembangan
ZPD, ia dapat mengembangkan kemampuan untuk bernegosiasi yang berarti melalui
kolaborasi.
c.
Kegiatan Dialogis: Belajar dialektis
Pada awal pelajaran
kedua, peneliti meminta meminta siswa untuk duduk menghadap papan tulis
interaktif untuk mengamati urutan modeling. Peneliti bekerja dengan John
sebagai mitra. Setelah sesi tanya-jawab, peneliti yakin bahwa semua siswa
memahami konsep narasi ganda dan perbedaan antara suara orang pertama dan
ketiga. Peneliti kemudian memperkenalkan narasi john dan menampilkan teksnya
pada papan tulis interaktif sebagai blok kalimat.
Setelah pindah ke sisi kelas peneliti membaca teks dengan
keras dan menjelaskan bahwa kita akan menyusun ulang kalimat menggunakan fasilitas
drag dan drop. Lalu peneliti mengundang John untuk maju ke pusat panggung dan
siswa diajak untuk membuat saran. Sepanjang kegiatan John tampak percaya diri
dan responsif terhadap siswa lain. Meskipun ia tidak berbicara banyak namun
terdengar berkali-kali ia mengeluarkan pendapat setuju atau tidak setuju dengan
siswa lainnya.
John pada awalnya mengikuti petunjuk dari teman-temannya
tapi dengan cepat menegaskan ide sendiri. Fokus visualnya tercermin dalam
komentarnya "Ini tak terlihat benar." Bahasanya di sini adalah
mandiri atau bahasa untuk diri sendiri. John mulai menguasai alat dan simbol
penggunaan dan tampaknya telah pindah ke Tahap 2 dari ZPD-nya (Kinerja sendiri)
bahwa ia memecahkan masalah komposisi melalui dialog dengan orang lain tetapi
juga membuat pilihan sendiri. Fokus John tetap pada seluruh perubahan naskah ini
meskipun ia kembali sedikit untuk membaca. Pola ini kemudian dipertahankan John
dengan sesekali menerima saran dan lain kali menolak saran mereka. Kolaborasi
di sini melibatkan negosiasi yang bermakna.
Tugas yang baik melibatkan cara berpikir kritis dan pemecahan masalah melalui
interaksi dengan siswa lainnya. Data penelitian menunjukkan bahwa John
tampaknya asyik dalam seluruh urutan karyanya ini. Dia responsif terhadap orang
lain dan jelas menikmati sifat fisik dari papan tulis interaktif.
Melalui bantuan teman-temannya dan papan tulis interaktif
sebagai perangkat budaya yang menjadi fokus diskusi, john maju dalam Tahap 2 (kinerja sendiri) dari ZPD-nya.
Sifat demokratis tugas dimana John memiliki kontrol naskah dan siswa lainnya
diundang untuk membuat saran menciptakan suasana kerja yang positif dalam perkembangan
John. Dialogis antara siswa dan guru atau siswa dan rekan-rekan (aktivitas
mediasi antar pribadi) menjadi proses yang dilalui John dalam perkembangannya tentang
pemahaman bahasa psikisnya ke dalam bentuk bahasa tertulis eksternal (aktivitas
intrapersonal).
sebagaimana yang Vygotsky (1978) katakan, setiap fungsi
dalam pengembangan budaya anak muncul dua kali: pertama, pada tingkat sosial,
dan kemudian, pada tingkat individu; pertama, antara orang-orang (inter
psikologi), dan kemudian di dalam anak (intra psikologi). Hal ini berlaku sama
untuk perhatian sukarela, ke memori logis, dan pembentukan konsep. Semua fungsi
yang lebih tinggi berasal sebagai hubungan yang sebenarnya antara individu. (hal.
57) sebagaimana pada tahapan lanjut John menjadi semakin bersemangat saat ia merubah
kalimat di sekitar.
Kemampuan John untuk merumuskan kembali dan sukses
menyelesaikan tugas memperlihatkan bahwa John telah pindah ke Tahap 3 dari
ZPD-nya (Kinerja yang Dikembangkan). Proses telah menjadi terinternalisasi dan
otomatis dan John tidak lagi memerlukan bantuan dari luar. Penguasaan John yang
baru diperolehnya dari perangkat papan tulis interaktif juga telah memberikan
kontribusi terhadap perkembangan tumbuhnya kontrol dari proses penulisan. Seluruh
kelas sekarang menyaksikan John secara saksama. Perubahan ini menunjukkan bahwa
teman-temannya menyadari bahwa John telah mengambil kontrol dari naskah. Yang
jelas adalah bahwa John tidak lagi tergantung pada kelas untuk membuat kemajuan
dan bahwa sifat sosial dari kelas telah diubah menjadi halus. Kinerja John
sebagai penulis bebas pada saat ini dapat digambarkan sebagai "yang
dikembangkan" karena tidak lagi diperlukan intervensi atau interaksi dalam
rangka untuk mengembangkan tulisannya. Dia jelas tidak membutuhkan bantuan
lebih lanjut pada saat ini dan asyik dalam pikirannya sendiri.
Tingkat kebebasannya dan kompetensi pada titik ini
kembali menunjukkan dia untuk dapat bekerja di Tahap 3 dari ZPD-nya (Kinerja Dikembangkan).
John tidak hanya seorang penulis yang efektif dalam pelajaran ini tetapi juga
yang lebih reflektif. Meskipun keberhasilan ceritanya jelas penting untuk John,
namun pembelajaran nyata yang dapat diambil adalah bahwa John telah memiliki kemampuan
untuk berpikir kritis.
d.
Diskusi
Studi kasus perkembangan
John sebagai penulis yang telah disajikan menunjukkan bahwa sistem aktivitas
menulis yang baik terletak dalam konteks tertentu ZPD anak dan bahwa pembangunan
secara tertulis melibatkan ketegangan dialektis antara pikir dan tindakan komposisi.
Namun, untuk memahami pengembangan ini, serangkaian pertanyaan lebih lanjut dalam
bentuk diskusi perlu ditangani oleh guru untuk memahami bagaimana belajar dalam
zona ini menjadi suatu tahapan transformasional yang baik bagi anak.
F.
KESIMPULAN
a.
Artikel ini
berfokus pada pengembangan bersama naskah ekspresif siswa dan berpendapat bahwa
perkembangan kemampuan menulis siswa memerlukan intervensi aktif oleh seorang
guru dalam zona perkembangan proksimal. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat
rekursif penulisan adalah perangkat integral dalam lembaga pelajar sendiri
dalam menciptakan lingkungan sosial untuk pembangunan.
b.
Vygotsky (1978)
secara eksplisit menyatakan bahwa pembelajaran terjadi ketika Tugas kognitif ditetapkan
pada tingkat awal dari tingkat mental tahapan perkembangan siswa. Hal ini
memiliki implikasi tertentu bagi guru kelas mengenai hubungan antara instruksi
dan pengembangan siswa. Bagian yang telah peneliti pilih untuk menganalisis
dalam artikel ini mencerminkan saat-saat penting selama proses perencanaan dan
komposisi awal. Secara khusus, mereka mewakili periode kritis dalam pembelajaran
anak: saat di mana kemajuan yang baik atau benar-benar dilakukan melalui fase
ZPD (Moll, 1990; Tharp & Gallimore, 1988; Vygotsky, 1978, 1986).
c.
Perkembangan John
melalui fase ZPD-nya memperlihatkan cukup jelas dalam hal kasus pengembangan John
sebagai penulis yang kompeten atau bebas. urutan di awal ia tidak dapat maju
tanpa bantuan guru atau kolaborasi sebaya. Pada akhirnya, menggunakan papan
tulis interaktif, John menjadi percaya diri dalam tugas.
d.
Papan tulis
interaktif dalam konteks tertentu dioperasikan sebagai bentuk stimulasi ganda,
dalam hal ini memberikan cara alternatif pemecahan masalah (Engeström, 2007;
Vygotsky, 1978). Sifat dialogis dari tugas menciptakan baik konteks untuk ZPD
John dan kondisi di mana John bisa mulai untuk mengembangkan pemahaman tentang
proses penulisan. Namun, berbagai metode pengajaran yang diadopsi juga membantu
menciptakan konteks untuk ZPD.
e.
Konsep ZPD secara timbal
balik membutuhkan guru dan pelajar untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
kolaboratif dan dimediasi, dan ini memerlukan fleksibilitas kelas dalam konteks
sosial.
f.
Kemajuan melalui
ZPD adalah bergantung pada kedua interaksi sosial antara siswa dan guru-guru
mereka dan teman sebaya serta pembelajar sendiri atau konteks bagaimana mereka
merasa atau menganggap diri mereka sebagai peserta didik. ZPD menunjukkan fungsi
psikologis dan kemungkinan intervensi yang berarti dalam perkembangan kognitif
anak (Chaiklin, 2003; Vygotsky, 1987).
g.
Menurut Vygotsky
(1978), ada beberapa lapisan potensi yang membantu kinerja siswa untuk kemajuan
dalam ZPD. Siswa yang berbeda memerlukan berbagai jenis bantuan jika mereka
ingin mencapai potensi perkembangan mereka melalui ZPD.
h.
Berbagai upaya untuk
menentukan berbagai bentuk mediasi yang mempengaruhi kemajuan dalam ZPD, antara
lain:
·
instruksi langsung
dari guru atau rekan yang lebih mampu.
·
Pemodelan perilaku
atau tugas oleh seorang ahli bahwa pelajar awalnya meniru dan akhirnya internalisasi
dan pantas.
·
Masukan, baik lisan
atau tertulis, yang menawarkan panduan tentang kinerja.
·
Soal untuk menilai
atau membantu kinerja.
·
Penguatan konsep
·
Redirection atau
rekursi melalui proses pembelajaran.
·
Eksplorasi bersama
antara guru dan siswa.
·
Kolaborasi yang
melibatkan pemikiran kritis, pemecahan masalah, atau pembuatan keputusan.
·
Guru menyediakan
kerangka kerja yang konstruktif bagi pelajar untuk mengembangkan proses
pembelajaran.
·
Restrukturisasi
kognitif dimana persepsi, memori, dan tindakan yang dievaluasi
0 komentar:
Posting Komentar