Syilvi Indrayani

Love to Teach



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sebagai guru, kita kerap dihadapkan pada persoalan bagaimana kita mengajar, bagaimana kita menguji dan bagaimana kita mengevaluasi/menilai kemampuan siswa. Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation), kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran ini diperlukan instrumen-instrumen berupa tes.
Secara umum tes pengukuran yang sering dibuat/ disusun oleh guru adalah tes subjektif dan tes objektif. Dalam makalah/telaah ini penulis akan membahas mengenai jenis pengukuran tes bentuk objektif yang terdiri dari multiple choice, true-false, matching, dan interpretive exercise.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tes subjektif dan tes objektif?
2.      Bagaimana teknik penyusunan soal tes multiple choice?
3.      Bagaimana teknik penyusunan soal tes true-false?
4.      Bagaimana teknik penyusunan soal tes matching?
5.      Bagaimana teknik penyusunan soal tes interpretive exercise?
 C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian tes subjektif dan tes objektif?
2.      Menjelaskan teknik penyusunan soal tes multiple choice?
3.      Menjelaskan teknik penyusunan soal tes true-false?
4.      Menjelaskan teknik penyusunan soal tes matching?
5.      Menjelaskan teknik penyusunan soal tes interpretive exercise?
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tes Subjektif dan Objektif
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1995:29). Tes berisi sampel perilaku. Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali informasi tentang sejauh mana penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering test).
Tes buatan guru adalah tes yang disusun oleh guru sendiri. Tes buatan guru dapat berupa tes subjektif dan tes objektif (Basuki & Hariyanto, 2015:36). Tes subjektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya dipengaruhi oleh pribadi pemeriksa. Tes subjektif ada dua macam yaitu, tes uraian (essay test) dan tes jawaban singkat (short answer test). Tes objektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya tidak dipengaruhi oleh pribadi pemeriksanya. Oleh karena pribadi pemeriksa tidak berpengaruh dalam proses skoring, maka tes ini dapat diperiksa oleh siapapun dan hasilnya akan tetap sama. Yang termasuk ke dalam tes objektif antara lain, multiple choice, true-false, matching, dan interpretive test.

B.     Multiple Choice Test
Menurut Gronlund (2009:92), “multiple choice atau pilihan ganda terdiri dari keterangan (stem) yang menampilkan sebuah permasalahan, dan beberapa alternatif (option or choice) yang bertujuan untuk memberikan solusi atau pemecahan dari masalah tersebut”. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar antara 4 (empat) dan 5 (lima). Tes pilihan ganda merupakan jenis tes obyektif yang paling banyak digunakan oleh para guru. Soal pilihan ganda atau dengan kata lain multiple choice, terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).
Menurut Gronlund (1981) “alternatif jawaban empat kurang baik dibandingkan dengan yang lainnya. Makin banyak alternatif jawaban, makin kecil kemungkinan peserta didik menerka” Jadi, jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa membuat 3,4,5 alternatif jawaban. Semakin banyak maka akan semakin bagus.
Soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.
1.      Teknik dan Kaidah Penyusunan Soal Multiple Choice
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun soal multiple choice antara lain:
a.       Buatlah setiap item soal sesuai dengan kemampuan yang akan diukur
b.      Jaminlah setiap pertanyaan terlihat jelas gagasan pokoknya
c.       Tulislah setiap stem dalam bahasa yang jelas dan mudah dimengerti
d.      Buatlah setiap opsi sama panjangnya, jangan ada yang terlalu panjang atau terlalu pendek
e.       Pilihan jawaban harus berfungsi, homogen dan logis
f.       Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
g.      Pokok soal harus jelas dan tegas
h.      Pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar
i.        Hindari membuat soal yang mengandung pernyataan yang bersifat ganda
j.        Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus memberikan keterangan yang jelas dan mudah dimengerti
k.      Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau keterangan waktu harus disusun berurut
l.        Menggunakan bahasa yang baik, komunikatif dan mudah dimengerti
m.    Hindari menggunakan bahasa yang bersifat lokal
Contoh:
Dilihat dari segi kependudukannya, suatu negara dikatakan sebagai negara berkembang bila ….
a. Angka usia harapan hidup tinggi
b. Angka pertumbuhan penduduk tinggi
c. Penguasaan terhadap iptek tinggi
d. Tingkat pendidikan cukup tinggi
 2.      Kelebihan dan Kekurangan Multiple Choice
Kelebihan
Kekurangan
a.       Hasil pembelajaran dari mudah ke kompleks dapat diukur
b.       Dapat menyajikan bentuk penugasan siswa  dengan struktur soal yang tinggi dan jelas
c.        Dapat mengukur berbagai jenjang pengukuran
d.       Penskoran mudah, cepat dan objektif
e.        Reliabilitas soal tinggi
a.       Memerlukan waktu yang lama untuk menyusun butir soal
b.       Keterbatasan dalam mengekspresikan gagasan
c.        Relatif sulit dalam menemukan pengecoh yang masuk akal
d.       Bentuk tes ini kurang efektif  untuk mengukur beberapa tipe soal yang membutuhkan pemecahan masalah
e.        Skor dapat dipengaruhi oleh kemampuan membaca.


 C.    True-False Test
Soal true-false atau benar salah terdiri dari pernyataan yang memerlukan pendapat siswa. Pendapat siswa tersebut cukup berupa afirmasi (membenarkan) atau menyalahkan (Basuki & Hariyanto, 2015:40). Tes ini terdiri atas dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri yang berupa huruf (B) dan (S) yang harus dipilih oleh siswa. Kelompok kedua terdiri atas espon pernyataan yang berada pada lajur sebelah kanan.
1.      Teknik dan Kaidah Penyusunan Soal True-False
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun soal true-false antara lain:
a.       Hindari pernyataan yang sangat umum dan berlebihan
b.      Hindari penrnyataan dengan menggunakan kalimat negatif
c.       Penyataan tidak menjurus ke jawaban tertentu
d.      Jumlah soal yang benar harus sama dengan jumlah soal yang salah
e.       Jaminlah bahwa pernyataan soal sungguh benar atau salah dan tidak bersifat ambigu.
Contoh:
B
S
Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Pernyataan ini
menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk sosial
B
S
Yang termasuk kontak sosial secara tidak langsung adalah berkenalan di depan kelas

2.      Kelebihan dan Kekurangan True-False
Kelebihan
Kekurangan
a.       Bentuk soal ini bermanfaat untuk menilai sesuatu yang terdiri dari 2 alternatif kemungkinan (contohnya, fakta atau opini, dan validitis)
b.       Mudah di buat
c.        Tidak membutuhkan kemampuan membaca yang mendalam dibandingkan pilihan ganda
d.       Banyak bahan ajar yang dapat diungkapkan dengan waktu yang cukup bagi siswa untuk menanggapinya
e.        Hasil yang lebih kompleks dapat diukur ketika digunakan bersama interpretive exercise
f.        Pensokran mudah, dan objektif dan reliabel.
a.       Pemahaman yang dinilai terlihat dangkal
b.       Sulit untuk menghindari keambiguan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan
c.        Kemungkinan siswa untuk menerka jawaban yang benar adalah 50:50
d.       Skor biasanya dipengarui oleh hasil tebakan



 D.    Matching Test
Matching test atau menjodohkan adalah salah satu bentuk sederhana dari bentuk tes pilihan ganda. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban.
1.      Teknik dan Kaidah Penyusunan Matching Test
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun matching test item antara lain:
a.       Soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator pembelajaran
b.      Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
c.       Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal (pokok soal) maupun pilihan jawabannya.
d.      Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
e.       Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan dengan nomor urut dengan huruf.
f.       Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan jawaban dapat disusun menurut abjad.
g.      Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk membolak balik halaman saja.
h.      Panjang soal ini dibatasi jumlahnya, sebaiknya tidak lebih dari 10 – 15 butir soal. Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawaban dengan tepat.
 Contoh:
Kolom A
Kolom B
1.      Suatu proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi bagian dari suatu masyarakat
2.      Iklim Indonesia ditinjau berdasarkan garis lintang
3.      Kerajaan Hindu pertama di nusantara
A.    Tropis
B.     Kutai Kertanegara
C.     Sosialisasi
D.    Subtropis

2.      Kelebihan dan Kekurangan Matching Test
Kelebihan
Kekurangan
a.       Sejumlah besar gagasan dapat diungkapkan dalam periode waktu tanggapan yang pendek.
b.       Relatif lebih mudah dibuat
c.        Ringkas dan ekonomis
d.       Penskoran mudah, cepat dan reliabel
a.       Bentuk tes ini umumnya hanya terbatas pada hasil pengetahuan yang sederhana yang berbasis kelompok atau himpunan
b.       Sulit untuk membangun soal yang membutuhkan respon yang beragam dari siswa
c.        Lebih rentan terhadap pentunjuk yang tidak relevan dibanding jenis soal lainnya.

 E.     Interpretive Exercise
Interpretive Exercise atau tes interpretasi merupakan bentuk tes objektif yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang merupakan berpikir tingkat tinggi yang merupakan proses kompleks.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gronlund (2009:119) yang menyatakan, “Bentuk paling menjanjikan untuk mengukur bermacam-macam hasil belajar kompleks dalam sebagaian besar mata pelajaran sekolah adalah latihan interpretive/ menafsirkan/ interpretasi”.
Latihan interpretasi terdiri dari serangkaian soal-soal berdasarkan pada seperangkat data biasa. Data bisa jadi dalam bentuk bahan-bahan tertulis, artikel, opini,  tabel, chart, grafik, peta atau gambar. Penyusunan soal mengacu pada unsur-unsur, karakteristik atau contoh-contoh dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Data atau bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam bentuk tes ini bisa berupa artikel, opini atau informasi yang terkait dengan materi. Bentuk tes yang digunakan bisa berupa multiple choice, true-false, matching, atau perpaduan dari semua jenis tes objektif yang telah di bahas sebelumnya.
1.      Teknik dan Kaidah Penyusunan Interpretive Exercise
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun matching test antara lain:
a.       Pilihlah materi dan bahan ajar yang relevan dengan tujuan dan hasil pembelajaran yang akan diukur
b.      Pilihlah materi dan bahan ajar yang merupakan hal baru bagi siswa
c.       Pastikan  materi yang dipakai singkat dan mudah dibaca
d.      Buat soal berdasarkan jenis penilaian yang telah ditentukan
e.       Ikuti petunjuk dan aturan pembuatan jenis tes objektif yang telah dipilih untuk digunakan.
Contoh:


  (1) Dalam upaya pencegahan pencemaran udara, hutan mampu menangkal  polutan gas ataupun butiran padat. (2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume udara yang mengandung polusi gas zon sebesar 150 ppm gas ternyata 99% terserap oleh tegukan hutan dalam waktu delapan jam. (3) Komplek industri  yang mengeluarkan polutan belerang dioksida di Uni Rusia ternyata berkurang dengan adanya jalur vegetasi kayu selebar 500 m yang mengelilingi kawasan industri tersebut. (4) Tumbuhan berkayu ataupun pohon memang diandalkan dalam penyelamatan keadaan lingkungan seperti tanah, air, dan udara walaupun peran pohon tersebut sebatas pada lingkungan, yang belum akut. (5) Pohon memang tidak akan mampu menetralisasi polusi, terutama pada kawasan industri besar. 
 
Ide pokok paragraf tersebut adalah ….
A. pencegahan pencemaran
B. kemampuan hutan
C. penyelamat lingkungan
D. populasi gas ozon
E. penetralisasi polusi

 2.      Kelebihan dan Kekurangan Interpretive Exercise
Kelebihan
Kekurangan
a.       Efisien untuk jenis tes yang bertujuan untuk mengukur atau menguji pemahaman siswa terhadap soal yang berbentuk informasi (contohnya artikel, chart, grafik, atau gambar) yang disajikan.
b.       Lebih kompleks digunakan dalam mengukur hasil dari pembelajaran yang bermakna dibandingkan bentuk tes objektif lainnya.
c.        Penggunaan bahan ajar atau materi pengantar dapat menyajikan respon yang beragam
d.      Penilaian lebih mudah, objektif dan reliabel.         
a.       Sulit untuk membuat soal-soal yang efektif
b.       Materi tertulis atau wacana yang dipakai membutuhkan kemampuan membaca yang tinggi
c.        Bentuk soal pada jenis tes ini sangat berpotensi pada petunjuk yang asing bagi siswa
d.       Bentuk tes ini tidak efektif untuk mengukur kemampuan mengorganisasi, dan mengekspresikan ide-ide

 

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN:
1.      Tes subjektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya dipengaruhi oleh pribadi pemeriksa. Tes subjektif ada dua macam yaitu, tes uraian (essay test) dan tes jawaban singkat (short answer test).
2.      Tes objektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya tidak dipengaruhi oleh pribadi pemeriksanya. Oleh karena pribadi pemeriksa tidak berpengaruh dalam proses skoring, maka tes ini dapat diperiksa oleh siapapun dan hasilnya akan tetap sama. Yang termasuk ke dalam tes objektif antara lain, multiple choice, true-false, matching, dan interpretive exercise.
3.      Multiple choice, terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).
4.      True-false atau benar salah terdiri dari pernyataan yang memerlukan pendapat siswa. Pendapat siswa tersebut cukup berupa afirmasi (membenarkan) atau menyalahkan.
5.      Matching test item termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban.
6.      Intrepretive Exercise terdiri dari serangkaian soal-soal berdasarkan pada seperangkat data biasa. Data bisa jadi dalam bentuk bahan-bahan tertulis, tabel, chart, grafik, peta atau gambar. Penyusunan soal mengacu pada unsur-unsur, karakteristik atau contoh-contoh dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Lihat blogData atau bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam bentuk tes ini bisa berupa artikel, opini atau informasi yang terkait dengan materi. Bentuk tes yang digunakan bisa berupa multiple choice, true-false, matching, atau perpaduan dari semua jenis tes objektif yang telah dibahas sebelumnya.
 
 DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, S, 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Basuki, I & Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Grounlund, N.E. 1981. Constructing Achievement Test. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.

Gronlund, N.E & Waugh, C.K. 2009. Assesment of Student Achievment. New Jersey: Pearson Education, Inc.


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.