BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sebagai guru, kita kerap dihadapkan
pada persoalan bagaimana kita mengajar, bagaimana kita menguji dan bagaimana
kita mengevaluasi/menilai kemampuan siswa. Evaluasi merupakan suatu kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh
suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Untuk memperoleh informasi yang
tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran
merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan
atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan
yang erat antara pengukuran (measurement)
dan evaluasi (evaluation), kegiatan
pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran
ini diperlukan instrumen-instrumen berupa tes.
Secara umum tes pengukuran yang
sering dibuat/ disusun oleh guru adalah tes subjektif dan tes objektif. Dalam
makalah/telaah ini penulis akan membahas mengenai jenis pengukuran tes bentuk
objektif yang terdiri dari multiple
choice, true-false, matching, dan interpretive
exercise.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan tes
subjektif dan tes objektif?
2.
Bagaimana teknik penyusunan soal tes multiple choice?
3.
Bagaimana teknik penyusunan soal tes true-false?
4.
Bagaimana teknik penyusunan soal tes matching?
5.
Bagaimana teknik penyusunan soal tes interpretive exercise?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian tes subjektif dan
tes objektif?
2.
Menjelaskan teknik penyusunan soal tes multiple choice?
3.
Menjelaskan teknik penyusunan soal tes true-false?
4.
Menjelaskan teknik penyusunan soal tes matching?
5.
Menjelaskan teknik penyusunan soal tes interpretive exercise?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tes
Subjektif dan Objektif
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 1995:29). Tes berisi sampel perilaku. Di dalam kelas, tes merupakan
salah satu alat evaluasi untuk menggali informasi tentang sejauh mana
penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering
test).
Tes buatan guru adalah tes yang disusun
oleh guru sendiri. Tes buatan guru dapat berupa tes subjektif dan tes objektif
(Basuki & Hariyanto, 2015:36). Tes subjektif adalah suatu bentuk tes yang
dalam penilaiannya dipengaruhi oleh pribadi pemeriksa. Tes subjektif ada dua
macam yaitu, tes uraian (essay test) dan
tes jawaban singkat (short answer test). Tes
objektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya tidak dipengaruhi oleh
pribadi pemeriksanya. Oleh karena pribadi pemeriksa tidak berpengaruh dalam
proses skoring, maka tes ini dapat diperiksa oleh siapapun dan hasilnya akan
tetap sama. Yang termasuk ke dalam tes objektif antara lain, multiple choice, true-false, matching, dan
interpretive test.
B.
Multiple Choice Test
Menurut Gronlund
(2009:92), “multiple choice atau
pilihan ganda terdiri dari keterangan (stem)
yang menampilkan sebuah permasalahan, dan beberapa alternatif (option or choice) yang bertujuan untuk
memberikan solusi atau pemecahan dari masalah tersebut”. Alternatif jawaban
kebanyakan berkisar antara 4 (empat) dan 5 (lima). Tes pilihan ganda merupakan
jenis tes obyektif yang paling banyak digunakan oleh para guru. Soal pilihan
ganda atau dengan kata lain multiple
choice, terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari
terdiri atas bagian keterangan (stem)
dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar
(sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).
Menurut Gronlund
(1981) “alternatif jawaban empat kurang baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Makin banyak alternatif jawaban, makin kecil kemungkinan peserta didik menerka”
Jadi, jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa
membuat 3,4,5 alternatif jawaban. Semakin banyak maka akan semakin bagus.
Soal tes pilihan
ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan
berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan
dan pilihan jawaban.
1.
Teknik
dan Kaidah Penyusunan Soal Multiple
Choice
Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun soal multiple
choice antara lain:
a. Buatlah
setiap item soal sesuai dengan kemampuan yang akan diukur
b. Jaminlah
setiap pertanyaan terlihat jelas gagasan pokoknya
c. Tulislah
setiap stem dalam bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti
d. Buatlah
setiap opsi sama panjangnya, jangan ada yang terlalu panjang atau terlalu
pendek
e. Pilihan
jawaban harus berfungsi, homogen dan logis
f. Setiap
soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
g. Pokok
soal harus jelas dan tegas
h. Pokok
soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar
i.
Hindari membuat soal yang mengandung
pernyataan yang bersifat ganda
j.
Gambar, grafik, tabel, diagram dan
sejenisnya yang terdapat pada soal harus memberikan keterangan yang jelas dan
mudah dimengerti
k. Pilihan
jawaban yang berbentuk angka atau keterangan waktu harus disusun berurut
l.
Menggunakan bahasa yang baik,
komunikatif dan mudah dimengerti
m. Hindari
menggunakan bahasa yang bersifat lokal
Contoh:
Dilihat dari segi
kependudukannya, suatu negara dikatakan sebagai negara berkembang bila ….
a. Angka usia harapan
hidup tinggi
b. Angka pertumbuhan
penduduk tinggi
c. Penguasaan terhadap
iptek tinggi
d. Tingkat pendidikan
cukup tinggi
2.
Kelebihan
dan Kekurangan Multiple Choice
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a.
Hasil pembelajaran dari mudah ke kompleks dapat
diukur
b.
Dapat menyajikan bentuk penugasan siswa dengan struktur soal yang tinggi dan jelas
c.
Dapat mengukur berbagai jenjang pengukuran
d.
Penskoran mudah, cepat dan objektif
e.
Reliabilitas soal tinggi
|
a.
Memerlukan waktu yang lama untuk menyusun butir
soal
b.
Keterbatasan dalam mengekspresikan gagasan
c.
Relatif sulit dalam menemukan pengecoh yang masuk
akal
d.
Bentuk tes ini kurang efektif untuk mengukur beberapa tipe soal yang
membutuhkan pemecahan masalah
e.
Skor dapat dipengaruhi oleh kemampuan membaca.
|
C.
True-False Test
Soal true-false atau benar salah terdiri dari
pernyataan yang memerlukan pendapat siswa. Pendapat siswa tersebut cukup berupa
afirmasi (membenarkan) atau menyalahkan (Basuki & Hariyanto, 2015:40). Tes
ini terdiri atas dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur
sebelah kiri yang berupa huruf (B) dan (S) yang harus dipilih oleh siswa.
Kelompok kedua terdiri atas espon pernyataan yang berada pada lajur sebelah
kanan.
1.
Teknik
dan Kaidah Penyusunan Soal True-False
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun soal true-false antara lain:
a. Hindari
pernyataan yang sangat umum dan berlebihan
b. Hindari
penrnyataan dengan menggunakan kalimat negatif
c. Penyataan
tidak menjurus ke jawaban tertentu
d. Jumlah
soal yang benar harus sama dengan jumlah soal yang salah
e. Jaminlah
bahwa pernyataan soal sungguh benar atau salah dan tidak bersifat ambigu.
Contoh:
B
|
S
|
Manusia
tidak bisa hidup tanpa orang lain. Pernyataan ini
menunjukkan
bahwa manusia adalah mahluk sosial
|
B
|
S
|
Yang termasuk kontak sosial secara tidak
langsung adalah berkenalan di depan kelas
|
2.
Kelebihan
dan Kekurangan True-False
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a.
Bentuk soal ini bermanfaat untuk menilai sesuatu
yang terdiri dari 2 alternatif kemungkinan (contohnya, fakta atau opini, dan
validitis)
b.
Mudah di buat
c.
Tidak membutuhkan kemampuan membaca yang mendalam
dibandingkan pilihan ganda
d.
Banyak bahan ajar yang dapat diungkapkan dengan
waktu yang cukup bagi siswa untuk menanggapinya
e.
Hasil yang lebih kompleks dapat diukur ketika
digunakan bersama interpretive exercise
f.
Pensokran mudah, dan objektif dan reliabel.
|
a.
Pemahaman yang dinilai terlihat dangkal
b.
Sulit untuk menghindari keambiguan dalam menyusun
pertanyaan atau pernyataan
c.
Kemungkinan siswa untuk menerka jawaban yang benar
adalah 50:50
d.
Skor biasanya dipengarui oleh hasil tebakan
|
D.
Matching Test
Matching
test
atau menjodohkan adalah salah satu bentuk sederhana dari bentuk tes pilihan
ganda. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom
yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar
stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar
respon atau jawaban.
1.
Teknik
dan Kaidah Penyusunan Matching Test
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun matching test item antara
lain:
a. Soal
yang dibuat harus sesuai dengan indikator pembelajaran
b. Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
c. Gunakan
materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal (pokok
soal) maupun pilihan jawabannya.
d. Pertanyaan
dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
e. Soal
disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan
dengan nomor urut dengan huruf.
f. Pertanyaan
dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri
dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan
jawaban dapat disusun menurut abjad.
g. Pertanyaan
dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat
membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk
membolak balik halaman saja.
h. Panjang
soal ini dibatasi jumlahnya, sebaiknya tidak lebih dari 10 – 15 butir soal.
Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawaban dengan tepat.
Contoh:
Kolom A
|
Kolom B
|
1. Suatu
proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi bagian dari
suatu masyarakat
2. Iklim
Indonesia ditinjau berdasarkan garis lintang
3. Kerajaan
Hindu pertama di nusantara
|
A.
Tropis
B.
Kutai Kertanegara
C.
Sosialisasi
D.
Subtropis
|
2.
Kelebihan
dan Kekurangan Matching Test
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a.
Sejumlah besar gagasan dapat diungkapkan dalam
periode waktu tanggapan yang pendek.
b.
Relatif lebih mudah dibuat
c.
Ringkas dan ekonomis
d.
Penskoran mudah, cepat dan reliabel
|
a.
Bentuk tes ini umumnya hanya terbatas pada hasil
pengetahuan yang sederhana yang berbasis kelompok atau himpunan
b.
Sulit untuk membangun soal yang membutuhkan respon
yang beragam dari siswa
c.
Lebih rentan terhadap pentunjuk yang tidak relevan
dibanding jenis soal lainnya.
|
E.
Interpretive Exercise
Interpretive
Exercise atau tes interpretasi merupakan bentuk tes objektif
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang
merupakan berpikir tingkat tinggi yang merupakan proses kompleks.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Gronlund (2009:119) yang menyatakan, “Bentuk paling menjanjikan untuk mengukur
bermacam-macam hasil belajar kompleks dalam sebagaian besar mata pelajaran
sekolah adalah latihan interpretive/ menafsirkan/ interpretasi”.
Latihan
interpretasi terdiri dari serangkaian soal-soal berdasarkan pada seperangkat
data biasa. Data bisa jadi dalam bentuk bahan-bahan tertulis, artikel, opini, tabel, chart, grafik, peta atau gambar.
Penyusunan soal mengacu pada unsur-unsur, karakteristik atau contoh-contoh dari
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Data atau bahan-bahan tertulis yang
digunakan dalam bentuk tes ini bisa berupa artikel, opini atau informasi yang
terkait dengan materi. Bentuk tes yang digunakan bisa berupa multiple choice, true-false, matching, atau
perpaduan dari semua jenis tes objektif yang telah di bahas sebelumnya.
1.
Teknik
dan Kaidah Penyusunan Interpretive
Exercise
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun matching test antara lain:
a. Pilihlah
materi dan bahan ajar yang relevan dengan tujuan dan hasil pembelajaran yang
akan diukur
b. Pilihlah
materi dan bahan ajar yang merupakan hal baru bagi siswa
c. Pastikan materi yang dipakai singkat dan mudah dibaca
d. Buat
soal berdasarkan jenis penilaian yang telah ditentukan
e. Ikuti
petunjuk dan aturan pembuatan jenis tes objektif yang telah dipilih untuk
digunakan.
Contoh:
(1) Dalam upaya pencegahan pencemaran udara, hutan
mampu menangkal polutan gas ataupun butiran padat. (2) Hasil
penelitian menunjukkan bahwa volume udara yang mengandung polusi gas zon
sebesar 150 ppm gas ternyata 99% terserap oleh tegukan hutan dalam waktu delapan
jam. (3) Komplek industri yang mengeluarkan polutan belerang dioksida
di Uni Rusia ternyata berkurang dengan adanya jalur vegetasi kayu selebar
500 m yang mengelilingi kawasan industri tersebut. (4) Tumbuhan berkayu
ataupun pohon memang diandalkan dalam penyelamatan keadaan lingkungan
seperti tanah, air, dan udara walaupun peran pohon tersebut sebatas pada
lingkungan, yang belum akut. (5) Pohon memang tidak akan mampu
menetralisasi polusi, terutama pada kawasan industri besar.
|
A.
pencegahan pencemaran
B. kemampuan
hutan
C.
penyelamat lingkungan
D. populasi
gas ozon
E.
penetralisasi polusi
2.
Kelebihan
dan Kekurangan Interpretive Exercise
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a.
Efisien untuk jenis tes yang bertujuan untuk
mengukur atau menguji pemahaman siswa terhadap soal yang berbentuk informasi
(contohnya artikel, chart, grafik, atau gambar) yang disajikan.
b.
Lebih kompleks digunakan dalam mengukur hasil dari
pembelajaran yang bermakna dibandingkan bentuk tes objektif lainnya.
c.
Penggunaan bahan ajar atau materi pengantar dapat
menyajikan respon yang beragam
d.
Penilaian lebih mudah, objektif dan reliabel.
|
a.
Sulit untuk membuat soal-soal yang efektif
b.
Materi tertulis atau wacana yang dipakai
membutuhkan kemampuan membaca yang tinggi
c.
Bentuk soal pada jenis tes ini sangat berpotensi
pada petunjuk yang asing bagi siswa
d.
Bentuk tes ini tidak efektif untuk mengukur
kemampuan mengorganisasi, dan mengekspresikan ide-ide
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
1. Tes
subjektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya dipengaruhi oleh
pribadi pemeriksa. Tes subjektif ada dua macam yaitu, tes uraian (essay test) dan tes jawaban singkat (short answer test).
2. Tes
objektif adalah suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya tidak dipengaruhi oleh
pribadi pemeriksanya. Oleh karena pribadi pemeriksa tidak berpengaruh dalam
proses skoring, maka tes ini dapat diperiksa oleh siapapun dan hasilnya akan
tetap sama. Yang termasuk ke dalam tes objektif antara lain, multiple choice, true-false, matching,
dan interpretive exercise.
3. Multiple choice,
terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang
belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari terdiri atas
bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban atau alternatif (option).
Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci
jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).
4. True-false atau
benar salah terdiri dari pernyataan yang memerlukan pendapat siswa. Pendapat
siswa tersebut cukup berupa afirmasi (membenarkan) atau menyalahkan.
5. Matching test item
termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik, bentuk item tes
menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama
berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata
atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban.
6. Intrepretive Exercise terdiri
dari serangkaian soal-soal berdasarkan pada seperangkat data biasa. Data bisa
jadi dalam bentuk bahan-bahan tertulis, tabel, chart, grafik, peta atau gambar.
Penyusunan soal mengacu pada unsur-unsur, karakteristik atau contoh-contoh dari
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Lihat blogData atau bahan-bahan tertulis yang digunakan
dalam bentuk tes ini bisa berupa artikel, opini atau informasi yang terkait
dengan materi. Bentuk tes yang digunakan bisa berupa multiple choice, true-false, matching, atau perpaduan dari semua jenis
tes objektif yang telah dibahas sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S, 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Basuki,
I & Hariyanto. 2014. Asesmen
Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Grounlund,
N.E. 1981. Constructing Achievement Test.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.
Gronlund,
N.E & Waugh, C.K. 2009. Assesment of
Student Achievment. New Jersey: Pearson Education, Inc.
0 komentar:
Posting Komentar