Syilvi Indrayani

Love to Teach



Judul Jurnal     : Piaget’s Theory of Learning
Autor               : Ahmad Aqeel Ayyal Awwad (Ministry of Education)
Pembahasan    :
·         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
·         Perkembangan Intelektual
·         Tipe-Tipe Pengetahuan Menurut Piaget
·         Tahapan Pertumbuhan Kognitif Menurut Piaget
·         Prinsip-Prinsip Pendidikan Yang Berasal Dari Teori Piaget

ABSTRAK
Pembelajaran merupakan proses dari seorang manusia, yang berlangsung dari lahir hingga mereka dewasa. Manusia tumbuh dan berkembang melalui proses pembelajaran, dari tahap  tidak mengerti apapun hingga mampu berpikir dan berinovasi. Proses belajar seorang individu merupakan sebuah proses yang akan terus berlangsung dari mereka lahir hingga meninggal dunia, proses di mana seorang individu bukan hanya mendapatkan pembelajaran di rumah namun juga di sekolah dan lingkungan sekitar, yang kemudian akan membentuk karakter yang kokoh dari individu tersebut. oleh karena alasan tersebut, pembelajaran dan strateginya menjadi suatu hal yang terus dijadikan bahan penelitian oleh para peneliti.
Dalam Jurnal ini, peneliti membahas tentang teori pembelajaran yang dikemukan oleh Piaget, yang merupakan seorang tokoh yang mengemukan teori-teori yang menjelaskan bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Di dalam jurnal ini peneliti bertujuan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari teori Piaget dan menginterprestasikan bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung disekitarnya dalam penafsiran yang terstruktur, serta menjelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget yang pada akhirnya teori ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dan pendidikan.

PENDAHULUAN
Piaget lahir pada tahun 1896 yang merupakan seorang pemikir kreatif sejak memperoleh gelar Sarjana dalam usia delapan belas tahun pada tahun 1915 dari Universitas Niuchatel di Swiss dan gelar Ph.D.diilmu terapan ketika ia berusia dua puluh satu tahun.
Pemikiran Piaget dipengaruhi oleh psikologi biologi, di mana studinya membawanya mencapai hasil yang signifikan terhadap dasar teorinya, Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan jiwa) serta nilai-nilai  lingkungan.
Piaget telah mengembangkan teori pengetahuan tentang bagaimana proses berpikir secara bertahap dari hal yang abstrak menjadi nyata. Menurut teori ini, ada tiga aspek perkembangan kecerdasan yaitu konstruksi, isi dan fungsi, ketika seorang anak tumbuh kontruksi pikiran dan konten berubah tetapi fungsi tetap sama.Peraturan dan proses adaptasi menciptakan serangkaian tahap, setiap tahap memberikan struktur psikologis yang akan menentukan kapasitas berpikir pada siswa sehingga kecerdasan menurut Piaget adalah seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti; berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensitesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan pada titik tertentu di tahap pertumbuhan.
Piaget percaya bahwa ketika manusia lahir akal pikirannya bukanlah seperti selembar kertas putih, tapi manusia lahir dengan performa tertentu dan mewarisi berbagai potensi yang akan membantunya untuk memulai pertumbuhan. Ia juga percaya bahwa ada dua jenis genotipe yang diwariskan untuk anak melalui media genetik, yaitu:
1.      Struktur fisik: Struktur ini adalah mata, tangan, sistem saraf dan indra. Struktur fisik ini membantu organisme untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
2.      Reaksi perilaku yang disengaja:Seperti refleksi yang terjadi secara otomatis, ketika terjadi insiden tertentu di sekitar lingkungan, seperti bayi yang mengisap dan menjerit atau menangis, juga reaksi ketika bayi lapar. Hal-hal ini tidak membutuhkan pendidikan atau latihan, tetapi dianggap hal yang tak terpisahkan antar kontak langsung dengan lingkungan, respon ini merupakan hal penting dalam tahun-tahun awal kehidupan seorang anak, dan refleksi ini kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi konstruksi mental dan psikologis yang membentuk dasar dari aktivitas mental nantinya.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu struktur, konten, dan fungsi. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan kontent intelektualnya berubah/ berkembang.Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan, masing-masing mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan inteligensi adalah sejumlah struktur piskologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.

PEMBAHASAN
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget proses berpikir secara perlahan akan terus berubah dari lahir hingga dewasa, dan proses-proses perkembangan tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Faktor Keturunan
2.      Konten/ Isi, Fungsi, dan Konstruksi, menurut Piaget intelegensi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
·         Konten/isi: berarti pola perilaku, observasi dan kinetik yang mencerminkan aktivitas intelektual. Kecerdasan itu sendiri berbeda untuk beberapa alasan menurut sifat konten dari waktu ke waktu dan dari satu anak ke anak yang lain. Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercemin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi misalnya perubahan penalaran anak semenjak kecil hingga dewasa, konsepsi anak tentang alam seperti pohon-pohon, matahari dan lainnya.
·         Fungsi: adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Fungsi menunjukkan karakteristik aktivitas intelektual, yang merupakan representasi dan harmonisasi yang terus tumbuh untuk membuat kemajuan intelektual, yang berarti proses yang secara alami dilakukan oleh individu ketika ia berinteraksi dengan lingkungan dalam membangun kualitas dalam fungsi kognitifnya.
·         Konstruk; yaitu kerangka (pengetahuan dan informasi) yang menjelaskan munculnya teknik polah tingkah laku khusus. Sebuah makna yang lebih luas dari pola berpikir pada individu dalam beberapa tahap perkembangan.
3.      Aktivitas,Dalam perkembangannya,kognitif anak membutuhkan aktivitas lingkungan di dalamnya, perkembangan kemajuan kognitif didapat seorang anak dari rangsangan lingkungan. Aktivitas adalah salah satu faktor interaktif yang mempengaruhi pertumbuhan kognitif.
4.      Kematangan, Piaget percaya bahwa perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan kognitif.
5.      Interaksi Sosial, Piaget mendefinisikan interaksi sosial  adalah pertukaran ide antara beberapa orang, interaksi sosial bisa terjadi dalam beberapa cara seperti interaksi dengan kawan-kawan, orang tua dan guru, peristiwa interaksi itu merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan kognitif.

Perkembangan Intelektual.
Menurut Piaget manusia dilahirkan dengan sebuah kecenderungan untuk menghasilkan proses intelektual mereka untuk menjadi struktur psikis, dan struktur ini adalah sebuah sistem untuk memahami dunia di sekitar kita. Dalam Perkembangan kognitif anak ada beberapa hal yang menyertai proses perkembangan intelektual anak itu sendiri, yaitu:
Rencana Mental, Adalah serangkaian struktur/sifat-sifat yang diorganisasikan dan digunakan individu untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan suatu obyek atau peristiwa tertentu.
Asimilasi, asimiliasi adalah proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang, atau dengan kata lain asimilasi yaitu pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Proses yang disebut asimilasi akan terjadi pada struktur kognitif seseorang ketika orang tersebut mengaitkan dan menghubung-hubungkan  pengalaman baru yang diperolehnya dengan kerangka kognitif yang sudah dimilikinya sebelumnya tanpa merubah struktur kognitif yang telah ada tersebut. Asimilasi dapat terjadi misalnya ketika pengalaman-pengalaman yang baru didapatkan kemudian dicocokkan dengan pemahaman yang telah dimilikinya. Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan hewan unta, kemudian setelah itu diperlihatkan hewan yang lain yaitu jerapah. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa jerapah yang diperlihatkan adalah unta.
Harmonisasi, Adalah proses menciptakan skema baru atau modulasi skema lama, (Wordsworth 1990), yaitu sebuah proses yang memodifikasi struktur kognitif yang sesuai dengan rangsangan baru lainnya (Sharif - Kausar p 108) yang secara khusus berfokus pada perhatian dan sikap baru (Alian - Hisham 1986 p 124).
Equilizer/ Keseimbangan
Equalizer adalah keseimbangan antara asimilasi dan harmonisasi. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan harmonisasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.

Tipe-Tipe Pengetahuan Menurut Piaget
A.    Pengetahuan Formal : Mengacu pada rangsangan pengetahuan dalam arti harfiahnya. Contohnya stimulan yang diberikan kepada bayi melalui dot susu sehingga dia akan mulai menghisap botol susu.
B.     Pengetahuan Prosedur (Pikiran): Sebuah pengetahuan yang melibatkan pencapaian kesimpulan di setiap tingkat (Abdul Hadi - Jawdat Sa`id menilai 2000, hal 186).
Tahap Pertumbuhan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, proses transisi pertumbuhan manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya tidaklah berlangsung secara tiba-tiba, dan tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
a.      Pertama: Fase Indera Kinetik
Tahapan ini terjadi pada dua tahun pertama dalam kehidupan. Kemampuan belajar bayi terarah pada keterampilan sensorimotor yang sederhana, seperti aktivitas menyusu, meniup, menggapai benda dan tindakan refleks fundamental. Tahap ini terbagi dalam enam sub tahap yaitu:
·         Tahap Fungsi refleks dari lahir – 1 bulan: anak biasanya menggunakan fungsi refleks pada usia bulan pertama kelahirannya dan fungsi refleks ini digunakan bayi untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Misalnya menangis untuk mencari makan.
·         Fase reaksi pengulangan primer (1-4 bulan): berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. Pada periode ini biasanya anak mulai bisa menangkap atau memakan apapun yang dipegangnya. 
·         Fase reaksi pengulangan kedua (4-8 bulan): Bayi mencoba menemukan kejadian-kejadian yang menarik perhatiannya diluar dirinya, kemudian kejadian itu diulang dan diulang kembali. Pada tahap ini bayi juga mulai mengetahui hubungan sebab akibat.Contohnya ketika anak mencoba memukul boneka dengan tangannya dan kemudian si boneka mengeluarkan suara dan ia merasa tertarik dengan suara tersebut dia akan mengulangi kembali kegiatannya memukul si boneka agar mengeluarkan suara lagi. 
·         Fase konsistensi reaksi pengulangan kedua (8-12 bulan): Fase berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). Contohnya: ketika anak melihat sebuah permainan dan berusaha untuk meraih permainan tersebut dengan tangannya dia akan berusaha dengan melatih ketrampilannya secara alamiah. Lalu ketika anda mencoba menghalanginya dengan meletakkan misalnya sebuah kain pada permainan tersebut dengan maksud mengalihkan perhatiannya kepada kain itu, maka dia akan tetap menyingkirkan kain tersebut untuk meraih permainan yang diinginkannya.
·         Fase reaksi pengulangan ketiga (12-18 bulan): Anak sudah tidak melakukan tindakan coba-coba dengan tidak sengaja, melainkan tindakan coba-coba dilakukannya dengan tujuan yang lebih jelas. Pada sub tahap ini ada kemajuan pada diri anak untuk mencari dan mencapai sesuatu yang baru oleh dia sendiri. Pada tahap ini juga ada keinginan pada diri anak untuk mengetahui reaksi orang lain terhadap perbuatannya.
·         Fase permulaan berpikir (18-24 bulan): tahap awal anak mulai berpikir kreatif. Sebelum dua tahun anak sudah mampu membentuk kesan mental yang memungkinkan untuk merencanakan cara baru dan makna hubungan dengan lingkungan. Pada tahap ini anak sudah dapat memecahkan masalah dengan mengunakan skema-skema yang sudah dimiliki secara mental dan tidak hanya gerak-gerik yang terlihat. Masalah sederhana mungkin “telah direncanakan” sebelum dikerjakan, selanjutnya, melalui “inner experimentation” kombinasi mental baru dibentuk untuk mencapai tujuan.
Pada akhir tahap sensorimotor keuntungan yang patut diperhatikan termasuk perolehan keterampilan sensori fundamental dan respon gerakan, menetapkan rekasi antisipasi dan tumbuh pembentukan “kesan mental” (mental image), yang akan membantu anak dalam memecahkan masalah lebih lanjut. Karakteristik tahap ini adalah:
1.      Berpikir untuk melakukan suatu tindakan
2.      Meningkatnya proses sinergi dalam fungsi indra
3.      Mulai timbul kesadaran diri
4.      Mulai berkembangnya pemikiran untuk mempertahankan sesuatu
5.      Proses pemahaman bahasa mulai dibangun

b.      Kedua: Pra-operasional
Fase ini meliputi periode antara akhir tahun kedua hingga tahun ketujuh pertumbuhan anak. Dan Piaget beranggapan proses transisinya tidak dipahami secara jelas. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Piaget membagi tahapan ini menjadi 2, yaitu:
·         Tahap prakonseptual (2-4 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai mengelompokkan benda-benda dalam kelompok tertentu berdasarkan kemiripannya, tetapi mereka melakukan banyak kesalahan karena konsep mereka. Misalnya: semua lelaki adalah ayah dan semua perempuan adalah ibu, dan semua mainan adalah milikku. Menurut Piaget anak pra-operasional bersifat egosentris, misalnya saja ketika mereka berkomunikasi, mereka akan terus berbicara tanpa mengharapkan saling mendengarkan atau saling menjawab
·         Tahap berpikir intuitif (4-7 tahun): Pada tahap ini, anak – anak memecahkan masalah secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah-kaidah logika. Pada tahap ini anak belum memahami prinsip konservasi yaitu bahwa jumlah tidak akan berubah walaupun terjadi transformasi.
Karakteristik tahapan ini yaitu:
1.      Peningkatan pengembangan bahasa dan penggunaan kode bahasa yang lebih banyak
2.      Merasa berkuasa penuh pada diri sendiri/ egosentris
3.      Mulai mampu mengklasifikasikan benda dan mengerti konsep komposisi.
4.      Mulai berpikir lebih dari satu cara.
5.      Persepsi visual meningkat untuk berpikir secara logis


c.       Ketiga: Tahapan Proses Fisik
Fase ini meliputi periode antara (berusia 7-11 tahun), Piaget menggunakan istilah untuk proses menggambarkan kegiatan atau aktivitas mental sebagai sistem kognitif. Pada tahap ini anak mulai berpikir secara logis tentang obyek yang ada di lingkungannya dan melakukan tindakan secara mental yang sebelumnya telah dilakukan dalam keadaan yang sesungguhnya.
Karakteristik yang paling penting dari tahap ini adalah:
1.      Transisi dari bahasa egois ke bahasa yang bersifat sosial.
2.      Pemikiran anak berfokus pada benda-benda fisik dan subyek yang nyata.
3.      Mulai berkembangnya pemahaman tentang konsep tinggal dan bertahan serta  massa dan berat dan ukuran.
4.      Berkembangnya proses berpikir lebih dari satu cara atau lebih dari satu dimensi.
5.      Berkembangnya pemahaman tentang klasifikasi dan mengkonfigurasi konsep.

d.      Keempat: Tahap Berpikir Abstrak
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Anak sudah dapat membayangkan masalah dalam pikirannya dan mengembangkan hipotesis secara logis.
            Karakteristik dari Tahap ini, yaitu:
1.      Individu merasakan bahwa cara dan sarana di fase sebelumnya tidak cukup untuk memecahkan masalah nya sehingga adopsi nya kurang untuk menangani benda-benda fisik.
2.      Proses asimilasi dan harmonisasi seimbang dan individu mencapai tingkat keseimbangan yang tinggi.
3.      Ada pemikiran yang inferensial yaitu mencoba untuk menandakan akses ke berpikir abstrak.
4.      Berkembangnya kapasitas berpikir dengan tujuan memberikan solusi praktis untuk situasi tertentu.
5.      Berpikiran kedepan, dan berfokus pada hubungan yang lebih dari konten
6.      Mampu mengembangkan hipotesis, menguji dan mencatat hasil dan menempatkan diri merekadalam cara-cara yang logis.
7.      Mampu untuk menangani hal-hal dengan operasi logika
8.      Perubahan dari egosentris ke pemikiran tentang berhubungan secara sosial. Manusia pada tahap ini memahami cara berhubungan sesama manusia dan nilai-nilai sosial.

Prinsip-Prinsip Pendidikan yang Dapat di Adaptasi dari Pemikiran Piaget
Berikut adalah beberapa prinsip pendidikan yang berasal dari teori Jean Piaget: (Abu Jadu - Saleh . 2000 pp 117-119) (Abdul Hadi - Jawdat Sa`id menilai 2000, p 200-201):
1.      Penyediaan bahan ajar yang konkret di dalam kelas, sangat penting dalam mengelola pembelajaran anak, karena bermanfaat bagi anak-anak dalam proses berpikir
2.      Kebutuhan pembangunan pendidikan haruslah dilakukan dengan wajar dan menantang  sesuai dengan tahapan kemampuan kognitif anak, sehingga memperkecil persentase jumlah anak yang mengalami kegagalan dalam pendidikan.
3.      Sesuaikan kegiatan bermain dan bekerja anak pada tingkat sekolah dasar sesuai dengan tahapan kognitifnya, untuk itu kita harus menyediakan game-game pendidikan yang dapat merangsang semangat bermain anak yang bebas, spontan dan menyenangkan.
4.      Anak tidak harus dihadapkan pada permasalahan atau proses mental yang lebih tinggi dari tahap perkembangan kognitifnya. Karena anak harus diberi  kesempatan untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan tahapan pertumbuhan kognitifnya.
5.      Kesalahan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dapat dijadikan sebagai pengalaman dan motivasi yang membangun bagi siswa, yang tujuannya memperbaiki kinerja mereka ke depannya.
6.      Kita tidak bisa menyalahkan jawaban siswa secara langsung dan spontan, karena jawaban yang menurut kita salah, bisa jadi dianggap sebuah kebenaran oleh anak sesuai kerangka acuan berpikirnya, maka tugas kita sebagai guru adalah menyelaraskan persepsi anak sesuai hal yang benar dalam proses pembelajarannya.
7.      Tersedianya peluang interaksi antara anak dengan alam atau lingkungan sosial akan banyak membantu perkembangan kognitif mereka.
8.      Tingkat kemajuan anak saling mempengaruhi dari satu tahap ke tahap lainnya, baik faktor genetik dan faktor lingkungan maupun hal-hal yang terkait dengan pengalaman pribadi. Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara anak-anak dari usia perkembangan kognitif satu tahun  hingga tiga empat tahun, para ilmuwan percaya bahwa anak tidak berpikir dalam tingkat yang sama untuk semua tahapan.
9.      Piaget tidak melihat seorang anak sebagai anak kecil, karena metodenya sendiri memiliki konsep pemikiran yang membedakan dari satu tahap perkembangan ke tahap lain, anak-anak berpikir dengan cara mereka sendiri, dan anak-anak melakukan kesalahan yang sulit diprediksi oleh orang dewasa.
1.  Berinteraksi dengan yang lainnya memiliki peran penting dalam pendidikan kognitif dan domain afektif serta di bidang sosial.
11.  Teori ini membantu para guru untuk fokus pada karakteristik pertumbuhan kognitif anak dan tingkatannya sehingga guru memahami pemikiran anak-anak secara alami dalam berbagai tahap perkembangan mereka.
12.  Teori ini dijadikan sebagai referensi acuan dalam memahami pertumbuhan kognitif anak dalam hal keseimbangan berinteraksi dengan  lingkungannya, sehingga kita harus menempatkan anak dalam lingkungan yang aktif dan efektif untuk memfasilitasi proses pembelajaran dan praktek metode penemuan diri untuk pengalaman mereka.
13.  Teori Piaget yang berkaitan dengan tahapan pertumbuhan kognitif dan berbagai macam karakteristiknya membantu pengembang kurikulum untuk mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan sifat dari proses mental anak-anak dari berbagai tingkat pendidikan.

KESIMPULAN                           
Menurut peneliti teori Piaget ini telah mencerminkan realitas evolusi pertumbuhan manusia dari lahir hingga dewasa. Tidak ada alasan yang meragukan dari konsep-konsep yang ada pada teori ini. Menurut peneliti, Piaget telah mengemukakan  teori mengenai realitas hidup seorang anak sesuai tingkatan tahap perkembangannya.
Adapun Topik lain yang ingin peneliti perkenalkan di bidang aplikasi teori ini yaitu:
1.      Kebutuhan akan informasi sebelumnya
2.      Usia Kognitif dan penentuan standar dan dengan mempertimbangkan karakteristik pengetahuan siswa.
3.      Konfirmasi peran membimbing guru dalam proses pembelajaran.
Piaget mengkonfirmsi dalam penafsirannya tentang proses pembelajaran pada pada setiap tahapan sebelumnya, masing-masing tahap pertumbuhan tergantung pada informasi yang dipelajari dari tahap itu.
Proses berpikir dapat didefinisikan sebagai transfer realitas oleh indra ke otak dengan informasi sebelumnya untuk menjelaskan sebuah fakta. Quran menegaskan perlunya informasi sebelumnya dalam penafsiran realitas sebagaimana Allah mengatakan dalam Surah Al-Baqarah "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!" [31] Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. "
Ini menekankan perlunya informasi sebelumnya dalam proses pembelajaran. Di sisi lain usia kognitif yang dikelompokkan oleh Piaget memungkinkan dia untuk menentukan karakteristik siswa yang sesuai dengan setiap tahapannya. Dan hal ini pada akhirnya dapat  kita jadikan acuan untuk memilih kurikulum/ aturan pembelajaranyang tepat sesuai tahapan tersebut.Selain itu, teori ini menegaskan bahwa harmonisasi harus didasarkan pada pemahaman dan Oleh karena itu perlu adanya penekanan pada pembelajaran yang berdasarkan pada pemahaman mental yang baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.