Judul Jurnal : Piaget’s Theory of Learning
Autor : Ahmad Aqeel Ayyal Awwad
(Ministry of Education)
Pembahasan :
·
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Kognitif
·
Perkembangan Intelektual
·
Tipe-Tipe
Pengetahuan Menurut Piaget
·
Tahapan Pertumbuhan
Kognitif Menurut Piaget
·
Prinsip-Prinsip
Pendidikan Yang Berasal Dari Teori Piaget
ABSTRAK
Pembelajaran
merupakan proses dari seorang manusia, yang berlangsung dari lahir hingga
mereka dewasa. Manusia tumbuh dan berkembang melalui proses pembelajaran, dari
tahap tidak mengerti apapun hingga mampu
berpikir dan berinovasi. Proses belajar seorang individu merupakan sebuah
proses yang akan terus berlangsung dari mereka lahir hingga meninggal dunia,
proses di mana seorang individu bukan hanya mendapatkan pembelajaran di rumah
namun juga di sekolah dan lingkungan sekitar, yang kemudian akan membentuk karakter yang kokoh dari individu
tersebut. oleh karena alasan tersebut, pembelajaran dan strateginya menjadi
suatu hal yang terus dijadikan bahan penelitian oleh para peneliti.
Dalam
Jurnal ini, peneliti membahas tentang teori pembelajaran yang dikemukan oleh
Piaget, yang merupakan seorang tokoh yang mengemukan teori-teori yang
menjelaskan bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Di dalam jurnal ini
peneliti bertujuan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari teori
Piaget dan menginterprestasikan bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung disekitarnya
dalam penafsiran yang terstruktur, serta menjelaskan tahap-tahap perkembangan
kognitif menurut Piaget yang pada akhirnya teori ini dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran dan pendidikan.
PENDAHULUAN
Piaget lahir pada tahun 1896 yang merupakan seorang pemikir kreatif sejak
memperoleh gelar Sarjana dalam usia delapan belas tahun pada tahun 1915 dari Universitas
Niuchatel di Swiss dan gelar Ph.D.diilmu terapan ketika ia berusia dua puluh satu tahun.
Pemikiran Piaget dipengaruhi oleh psikologi
biologi, di mana studinya membawanya mencapai hasil yang signifikan terhadap dasar teorinya, Jean Piaget dikenal
dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya
kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan jiwa) serta nilai-nilai lingkungan.
Piaget telah mengembangkan teori pengetahuan tentang
bagaimana proses berpikir secara bertahap dari hal yang abstrak menjadi nyata. Menurut teori ini, ada tiga aspek perkembangan
kecerdasan yaitu konstruksi, isi dan fungsi, ketika seorang anak tumbuh kontruksi pikiran dan konten berubah tetapi fungsi
tetap sama.Peraturan dan proses adaptasi menciptakan serangkaian tahap, setiap tahap
memberikan struktur psikologis yang akan menentukan kapasitas berpikir pada
siswa sehingga kecerdasan menurut Piaget adalah seluruh kemampuan berpikir dan
bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti;
berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensitesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan
persoalan-persoalan pada titik tertentu di tahap pertumbuhan.
Piaget percaya bahwa ketika manusia lahir akal pikirannya bukanlah
seperti selembar kertas putih, tapi manusia lahir dengan performa tertentu dan mewarisi berbagai potensi yang akan
membantunya untuk
memulai pertumbuhan. Ia juga percaya bahwa ada dua jenis genotipe yang diwariskan untuk anak melalui
media genetik, yaitu:
1. Struktur fisik: Struktur ini adalah
mata, tangan, sistem saraf dan indra. Struktur fisik ini membantu organisme
untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
2. Reaksi perilaku yang disengaja:Seperti refleksi yang terjadi secara otomatis, ketika
terjadi insiden
tertentu
di sekitar lingkungan, seperti bayi yang mengisap dan menjerit atau menangis, juga reaksi
ketika bayi lapar. Hal-hal ini tidak membutuhkan pendidikan atau latihan, tetapi dianggap hal yang tak terpisahkan antar kontak langsung dengan lingkungan, respon ini merupakan hal penting dalam tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak, dan refleksi ini kemudian dimodifikasi dan diubah
menjadi konstruksi mental dan psikologis yang membentuk dasar dari aktivitas
mental nantinya.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu struktur, konten, dan fungsi. Anak yang sedang mengalami
perkembangan, struktur
dan kontent intelektualnya berubah/ berkembang.Fungsi dan adaptasi akan
tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan, masing-masing
mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka
Piaget mengartikan inteligensi adalah sejumlah struktur piskologis yang ada
pada tingkat perkembangan khusus.
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget proses berpikir secara perlahan akan terus berubah dari lahir hingga dewasa, dan proses-proses perkembangan tersebut
di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.
Faktor Keturunan
2.
Konten/ Isi, Fungsi, dan Konstruksi, menurut Piaget intelegensi terdiri dari 3 komponen,
yaitu:
·
Konten/isi: berarti pola perilaku, observasi dan kinetik yang
mencerminkan aktivitas intelektual. Kecerdasan itu sendiri berbeda untuk beberapa alasan
menurut sifat konten dari waktu ke waktu dan dari satu anak ke anak yang lain. Hal yang dimaksud dengan
isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercemin pada respons yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi misalnya
perubahan penalaran anak semenjak kecil hingga dewasa, konsepsi anak tentang
alam seperti pohon-pohon, matahari dan lainnya.
·
Fungsi: adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat
kemajuan intelektual. Fungsi menunjukkan karakteristik aktivitas intelektual,
yang merupakan representasi dan harmonisasi yang terus tumbuh untuk
membuat kemajuan
intelektual, yang berarti
proses yang secara alami dilakukan oleh individu ketika ia berinteraksi dengan lingkungan dalam membangun kualitas dalam fungsi
kognitifnya.
·
Konstruk; yaitu kerangka (pengetahuan dan informasi) yang menjelaskan munculnya
teknik polah tingkah
laku khusus.
Sebuah makna yang lebih luas dari pola berpikir pada individu dalam beberapa tahap perkembangan.
3.
Aktivitas,Dalam perkembangannya,kognitif anak membutuhkan aktivitas lingkungan di dalamnya, perkembangan kemajuan kognitif didapat seorang anak dari rangsangan lingkungan. Aktivitas adalah salah satu faktor interaktif
yang mempengaruhi pertumbuhan kognitif.
4.
Kematangan, Piaget percaya bahwa perkembangan
sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya
mempengaruhi perkembangan kognitif.
5.
Interaksi
Sosial, Piaget
mendefinisikan
interaksi sosial adalah pertukaran ide antara beberapa orang, interaksi sosial bisa terjadi dalam
beberapa cara seperti interaksi dengan kawan-kawan, orang tua dan
guru, peristiwa interaksi itu merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan kognitif.
Perkembangan Intelektual.
Menurut Piaget manusia dilahirkan dengan sebuah kecenderungan untuk menghasilkan
proses intelektual mereka untuk menjadi struktur psikis, dan struktur ini
adalah sebuah sistem untuk memahami dunia di sekitar
kita. Dalam Perkembangan
kognitif anak ada beberapa hal yang menyertai proses perkembangan intelektual
anak itu sendiri, yaitu:
Rencana Mental,
Adalah serangkaian struktur/sifat-sifat yang diorganisasikan dan digunakan individu untuk
mengidentifikasikan dan mendeskripsikan suatu obyek atau peristiwa tertentu.
Asimilasi, asimiliasi
adalah proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang,
atau dengan kata lain asimilasi yaitu pencocokan atau penyesuaian antara
struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Proses yang disebut asimilasi akan
terjadi pada struktur kognitif seseorang ketika orang tersebut mengaitkan dan
menghubung-hubungkan pengalaman baru
yang diperolehnya dengan kerangka kognitif yang sudah dimilikinya sebelumnya
tanpa merubah struktur kognitif yang telah ada tersebut. Asimilasi dapat
terjadi misalnya ketika pengalaman-pengalaman yang baru didapatkan kemudian
dicocokkan dengan pemahaman yang telah dimilikinya. Contoh asimilasi kognitif:
seorang anak yang diperlihatkan hewan unta, kemudian setelah itu diperlihatkan hewan
yang lain yaitu jerapah. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa jerapah
yang diperlihatkan adalah unta.
Harmonisasi, Adalah proses menciptakan skema baru
atau modulasi skema lama, (Wordsworth 1990), yaitu sebuah proses yang memodifikasi struktur kognitif yang
sesuai dengan rangsangan baru lainnya (Sharif - Kausar p 108) yang secara
khusus berfokus
pada perhatian dan sikap baru (Alian - Hisham 1986 p
124).
Equilizer/
Keseimbangan
Equalizer adalah keseimbangan antara
asimilasi dan harmonisasi. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan
lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan harmonisasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer.
Tipe-Tipe Pengetahuan Menurut Piaget
A.
Pengetahuan Formal : Mengacu pada rangsangan pengetahuan dalam arti harfiahnya. Contohnya
stimulan yang diberikan kepada bayi melalui dot susu sehingga dia akan mulai
menghisap botol susu.
B.
Pengetahuan Prosedur (Pikiran): Sebuah pengetahuan yang
melibatkan pencapaian kesimpulan di setiap tingkat (Abdul Hadi - Jawdat Sa`id
menilai 2000, hal 186).
Tahap Pertumbuhan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, proses transisi
pertumbuhan manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya tidaklah berlangsung
secara tiba-tiba, dan tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget dibagi
menjadi 4 fase, yaitu:
a.
Pertama: Fase
Indera Kinetik
Tahapan ini terjadi pada dua tahun
pertama dalam kehidupan. Kemampuan belajar bayi terarah pada keterampilan
sensorimotor yang sederhana, seperti aktivitas menyusu, meniup, menggapai benda dan tindakan refleks fundamental.
Tahap ini terbagi dalam
enam sub tahap
yaitu:
·
Tahap Fungsi refleks dari lahir – 1 bulan: anak biasanya
menggunakan fungsi refleks pada usia bulan pertama kelahirannya dan fungsi
refleks ini digunakan bayi untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Misalnya menangis untuk mencari makan.
·
Fase reaksi pengulangan primer (1-4 bulan): berhubungan
terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. Pada periode ini biasanya anak
mulai bisa menangkap atau memakan apapun yang dipegangnya.
·
Fase reaksi pengulangan kedua (4-8 bulan): Bayi mencoba menemukan
kejadian-kejadian yang menarik perhatiannya diluar dirinya, kemudian kejadian
itu diulang dan diulang kembali. Pada tahap ini bayi juga mulai mengetahui
hubungan sebab akibat.Contohnya
ketika anak mencoba memukul boneka dengan tangannya dan kemudian si boneka
mengeluarkan suara dan ia merasa tertarik dengan suara tersebut dia akan
mengulangi kembali kegiatannya memukul si boneka agar mengeluarkan suara lagi.
·
Fase konsistensi reaksi pengulangan kedua (8-12 bulan):
Fase berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
Contohnya: ketika anak melihat sebuah permainan dan berusaha untuk meraih
permainan tersebut dengan tangannya dia akan berusaha dengan melatih
ketrampilannya secara alamiah. Lalu ketika anda mencoba menghalanginya dengan
meletakkan misalnya sebuah kain pada permainan tersebut dengan maksud
mengalihkan perhatiannya kepada kain itu, maka dia akan tetap menyingkirkan
kain tersebut untuk meraih permainan yang diinginkannya.
·
Fase reaksi pengulangan ketiga (12-18 bulan): Anak sudah
tidak melakukan tindakan coba-coba dengan tidak sengaja, melainkan tindakan
coba-coba dilakukannya dengan tujuan yang lebih jelas. Pada sub tahap ini ada
kemajuan pada diri anak untuk mencari dan mencapai sesuatu yang baru oleh dia
sendiri. Pada tahap ini juga ada keinginan pada diri anak untuk mengetahui reaksi orang lain terhadap
perbuatannya.
·
Fase permulaan berpikir (18-24 bulan): tahap awal anak
mulai berpikir kreatif. Sebelum dua tahun anak sudah mampu membentuk kesan
mental yang memungkinkan untuk merencanakan cara baru dan makna hubungan dengan
lingkungan. Pada tahap ini anak sudah dapat memecahkan masalah dengan
mengunakan skema-skema yang sudah dimiliki secara mental dan tidak hanya
gerak-gerik yang terlihat. Masalah sederhana mungkin “telah direncanakan”
sebelum dikerjakan, selanjutnya, melalui “inner experimentation” kombinasi mental baru dibentuk untuk mencapai tujuan.
Pada akhir
tahap sensorimotor keuntungan yang patut diperhatikan termasuk perolehan keterampilan sensori fundamental dan respon gerakan,
menetapkan rekasi antisipasi
dan tumbuh
pembentukan “kesan mental” (mental image), yang akan membantu anak dalam memecahkan masalah lebih lanjut.
Karakteristik tahap ini adalah:
1. Berpikir untuk
melakukan suatu tindakan
2. Meningkatnya proses sinergi dalam
fungsi indra
3. Mulai timbul
kesadaran diri
4. Mulai
berkembangnya pemikiran untuk mempertahankan sesuatu
5. Proses
pemahaman bahasa mulai dibangun
b.
Kedua:
Pra-operasional
Fase ini
meliputi periode antara akhir tahun kedua hingga tahun ketujuh pertumbuhan
anak. Dan Piaget beranggapan proses transisinya tidak dipahami secara jelas. Pemikiran
(Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah
prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan
untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda. Piaget membagi tahapan ini menjadi 2, yaitu:
·
Tahap prakonseptual (2-4 tahun): Pada tahap ini,
anak-anak mulai mengelompokkan benda-benda dalam kelompok tertentu berdasarkan kemiripannya,
tetapi mereka melakukan banyak kesalahan karena konsep mereka. Misalnya: semua
lelaki adalah ayah dan semua perempuan adalah ibu, dan semua mainan adalah
milikku. Menurut Piaget anak pra-operasional bersifat egosentris, misalnya saja
ketika mereka berkomunikasi, mereka akan terus berbicara tanpa mengharapkan
saling mendengarkan atau saling menjawab
·
Tahap berpikir intuitif (4-7 tahun): Pada tahap ini, anak
– anak memecahkan masalah secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah-kaidah
logika. Pada tahap ini anak belum memahami prinsip konservasi yaitu bahwa
jumlah tidak akan berubah walaupun terjadi transformasi.
Karakteristik tahapan ini yaitu:
1.
Peningkatan pengembangan bahasa dan penggunaan kode
bahasa yang lebih banyak
2.
Merasa berkuasa penuh pada diri sendiri/ egosentris
3.
Mulai mampu mengklasifikasikan benda dan mengerti konsep
komposisi.
4.
Mulai berpikir lebih dari satu cara.
5.
Persepsi visual meningkat untuk berpikir secara logis
c.
Ketiga: Tahapan
Proses Fisik
Fase ini meliputi periode antara (berusia
7-11 tahun), Piaget menggunakan istilah untuk proses menggambarkan kegiatan
atau aktivitas mental sebagai sistem kognitif. Pada tahap ini anak mulai
berpikir secara logis tentang obyek yang ada di lingkungannya dan melakukan tindakan secara
mental yang sebelumnya telah dilakukan dalam keadaan yang sesungguhnya.
Karakteristik yang paling penting dari
tahap ini adalah:
1.
Transisi dari bahasa egois ke bahasa yang bersifat
sosial.
2.
Pemikiran anak berfokus pada benda-benda fisik dan subyek
yang nyata.
3.
Mulai berkembangnya pemahaman tentang konsep tinggal dan
bertahan serta massa dan berat dan ukuran.
4.
Berkembangnya proses berpikir lebih dari satu cara atau lebih
dari satu dimensi.
5.
Berkembangnya pemahaman tentang klasifikasi dan
mengkonfigurasi konsep.
d.
Keempat: Tahap
Berpikir Abstrak
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia
sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Anak sudah dapat membayangkan masalah dalam pikirannya dan mengembangkan
hipotesis secara logis.
Karakteristik
dari Tahap ini, yaitu:
1. Individu merasakan bahwa cara dan
sarana di fase sebelumnya tidak cukup untuk memecahkan masalah nya sehingga
adopsi nya kurang untuk menangani benda-benda fisik.
2. Proses asimilasi dan harmonisasi seimbang dan individu mencapai tingkat
keseimbangan yang tinggi.
3. Ada pemikiran
yang inferensial yaitu
mencoba untuk menandakan akses ke berpikir
abstrak.
4. Berkembangnya kapasitas berpikir dengan
tujuan memberikan solusi
praktis untuk situasi tertentu.
5. Berpikiran kedepan, dan berfokus
pada hubungan yang lebih
dari konten
6. Mampu
mengembangkan
hipotesis, menguji dan mencatat hasil dan menempatkan diri
merekadalam cara-cara yang logis.
7. Mampu untuk menangani hal-hal dengan
operasi logika
8. Perubahan dari
egosentris ke pemikiran
tentang berhubungan secara sosial. Manusia pada tahap ini memahami cara
berhubungan sesama manusia dan nilai-nilai sosial.
Prinsip-Prinsip Pendidikan yang Dapat di Adaptasi dari Pemikiran
Piaget
Berikut
adalah beberapa prinsip pendidikan yang berasal dari teori Jean Piaget: (Abu
Jadu - Saleh . 2000 pp 117-119) (Abdul Hadi - Jawdat Sa`id menilai 2000, p
200-201):
1. Penyediaan bahan ajar yang
konkret
di dalam kelas, sangat penting dalam mengelola pembelajaran anak, karena bermanfaat bagi anak-anak dalam
proses berpikir
2. Kebutuhan pembangunan pendidikan haruslah
dilakukan dengan wajar
dan menantang
sesuai dengan
tahapan kemampuan kognitif
anak, sehingga memperkecil
persentase jumlah anak yang mengalami kegagalan dalam pendidikan.
3. Sesuaikan
kegiatan bermain dan bekerja anak pada tingkat sekolah dasar sesuai dengan
tahapan kognitifnya, untuk itu kita harus menyediakan game-game pendidikan yang
dapat merangsang semangat bermain anak yang bebas, spontan dan menyenangkan.
4. Anak tidak harus dihadapkan pada permasalahan atau proses mental yang lebih tinggi dari tahap perkembangan kognitifnya. Karena
anak
harus diberi
kesempatan untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan tahapan pertumbuhan
kognitifnya.
5. Kesalahan siswa
ketika proses pembelajaran berlangsung dapat dijadikan sebagai pengalaman dan
motivasi yang membangun bagi siswa, yang tujuannya memperbaiki kinerja mereka ke depannya.
6. Kita tidak bisa
menyalahkan jawaban siswa secara langsung dan spontan, karena jawaban yang
menurut kita salah, bisa jadi dianggap sebuah kebenaran oleh anak sesuai
kerangka acuan berpikirnya, maka tugas kita sebagai guru adalah menyelaraskan
persepsi anak sesuai hal yang benar dalam proses pembelajarannya.
7. Tersedianya
peluang
interaksi antara anak dengan alam atau lingkungan sosial akan banyak membantu perkembangan kognitif mereka.
8. Tingkat kemajuan anak saling
mempengaruhi
dari satu tahap ke tahap lainnya, baik faktor genetik dan faktor lingkungan maupun hal-hal yang terkait dengan pengalaman
pribadi. Penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan antara anak-anak dari usia perkembangan kognitif satu tahun hingga tiga empat tahun, para ilmuwan percaya
bahwa anak tidak berpikir dalam tingkat yang sama untuk semua tahapan.
9. Piaget tidak melihat seorang anak
sebagai anak kecil, karena metodenya sendiri memiliki konsep
pemikiran yang
membedakan dari satu tahap
perkembangan ke tahap lain, anak-anak berpikir dengan cara mereka sendiri, dan anak-anak melakukan kesalahan
yang sulit diprediksi oleh orang dewasa.
1. Berinteraksi dengan yang
lainnya memiliki
peran penting dalam pendidikan kognitif dan domain afektif serta di bidang sosial.
11. Teori ini
membantu para guru untuk fokus pada karakteristik pertumbuhan kognitif anak dan tingkatannya sehingga guru memahami pemikiran anak-anak secara alami dalam berbagai tahap perkembangan
mereka.
12. Teori ini
dijadikan sebagai referensi acuan dalam memahami pertumbuhan kognitif anak dalam hal
keseimbangan berinteraksi
dengan lingkungannya, sehingga kita harus menempatkan anak dalam
lingkungan yang aktif dan efektif untuk memfasilitasi proses pembelajaran dan
praktek metode penemuan diri untuk pengalaman mereka.
13. Teori Piaget
yang berkaitan dengan tahapan pertumbuhan kognitif dan berbagai macam
karakteristiknya
membantu pengembang
kurikulum untuk mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan sifat dari proses
mental anak-anak dari berbagai tingkat pendidikan.
KESIMPULAN
Menurut peneliti teori Piaget ini telah
mencerminkan realitas evolusi pertumbuhan manusia dari lahir hingga dewasa. Tidak
ada alasan yang meragukan dari konsep-konsep yang ada pada teori ini. Menurut
peneliti, Piaget telah mengemukakan
teori mengenai realitas hidup seorang anak sesuai tingkatan tahap
perkembangannya.
Adapun Topik lain yang ingin peneliti perkenalkan di bidang aplikasi
teori ini yaitu:
1. Kebutuhan akan informasi sebelumnya
2. Usia Kognitif dan penentuan
standar
dan dengan mempertimbangkan karakteristik pengetahuan siswa.
3. Konfirmasi peran membimbing guru
dalam proses pembelajaran.
Piaget mengkonfirmsi dalam penafsirannya tentang proses pembelajaran pada pada setiap
tahapan sebelumnya,
masing-masing tahap pertumbuhan tergantung pada informasi yang dipelajari dari
tahap itu.
Proses berpikir dapat didefinisikan sebagai transfer
realitas oleh indra ke otak dengan informasi sebelumnya untuk
menjelaskan sebuah fakta. Quran menegaskan perlunya informasi sebelumnya dalam
penafsiran realitas sebagaimana Allah mengatakan dalam Surah Al-Baqarah "Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
memang kamu orang yang benar!" [31] Mereka menjawab:"Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. "
Ini menekankan perlunya informasi sebelumnya dalam proses
pembelajaran. Di
sisi lain usia kognitif yang dikelompokkan oleh Piaget memungkinkan dia untuk menentukan karakteristik
siswa yang sesuai dengan setiap tahapannya. Dan hal ini pada akhirnya dapat kita jadikan acuan untuk memilih kurikulum/ aturan
pembelajaranyang tepat sesuai
tahapan tersebut.Selain itu, teori ini menegaskan bahwa harmonisasi harus
didasarkan pada pemahaman dan Oleh karena itu perlu adanya penekanan pada
pembelajaran yang berdasarkan pada pemahaman mental yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar