HELPING
STUDENTS LEARN THROUGH MULTIPLE
ASSESSMENTS
AND EVALUATION
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ada tiga istilah
yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian (test, measurement, and assessment). Tes
adalah salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes
merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa
kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes
terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes
merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Esensi dari
pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau
keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas
dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan
tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh
informasi dalam bentuk kuantitatif. Sementara Popham (1995: 3) mendefinisikan
asesmen (penilaian) dalam konteks pendidikan adalah sebagai sebuah usaha secara
formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan
pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang
menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program,
tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi.
Muara
akhir dari penilaian dan pengukuran ini sendiri adalah evaluasi, yang merupakan
suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai,
desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut
rumusan tersebut, inti dari evaluasi
adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan. Bab ini menjelaskan bermacam cara yang digunakan guru
dalam penilaian untuk
menentukan keberhasilan pengajaran dan menyesuaikan prosedur instruksional
untuk meningkatkan pembelajaran individu dan kurikulum. Selain itu pada bab ini juga dibahas
cara-cara untuk melibatkan para siswa dalam menilai kemajuan diri mereka
sendiri dalam proses pembelajaran
B.
Tujuan
Yang menjadi tujuan
pembahasan pada bab ini adalah:
1. Menjelaskan perbedaan antara penilaian dan evaluasi.
2.
Membedakan
antara penilaian formal, informal dan evaluasi.
3. Menjelaskan bagaimana memodifikasi penilaian untuk menentukan
kemajuan siswa lebih akurat dengan berbagai ketidakmampuan belajar dan siswa dari
beragam budaya
yang kemampuan bahasa Inggrisnya kurang.
4.
Membahas bagaimana kemajuan nonreaders dapat dinilai.
5.
Memberikan contoh bagaimana siswa dapat didorong untuk
menilai kemajuan mereka sendiri dan siswa lain yang bekerja bersama mereka.
6.
Menganalisa
dan mencoba menulis rubrik yang tepat untuk menilai proyek-proyek dan esai.
7.
Memeriksa
hasil tes dan menyimpulkan keberhasilan dan kesalahan siswa dalam kurikulum IPS.
8.
Menganalisis
bagaimana seorang guru sekolah menengah menggunakan penilaian dalam pengajaran
dan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menilai dan Mengevaluasi Pembelajaran IPS
Pada
sepuluh
tahun terakhir, assessment telah
mendapat perhatian yang lebih daripada sebelumnya. Assesment dalam hal ini membutuhkan
pengujian ulang yang menyeluruh dari penilaian tradisional
dan evaluasi yang telah dilakukan. Para
pendidik telah belajar mengembangkan keahlian baru dan menemukan cara untuk
membuat assessment lebih adil dan
akurat dalam pembelajaran siswa. Michelle Yell, seorang guru pada kelas 7 dari Hudson Wisconsin,
mencoba menggambarkan usahanya dalam
melakukan assessment seperti di bawah
ini:
“Pengalaman dalam menggunakan
berbagai macam penilaian sangat sesuai untuk membentuk pengajaran yang konstruktif
dan terpadu. Saya merasa tidak puas dengan metode dari assessment saya. Saya
menyadari bahwa saya tidak mengajar hanya untuk mengulang pelajaran saya dan membuat
assessment yang sifatnya hanya untuk
mengulang. Lebih
lanjut kemudian saya memperluas assessment
yang saya gunakan meliputi berbagai jenis penilaian seperti, penilaian diri, portofolio dan rubrik yang diciptakan
oleh siswa”.
Menyelaraskan
tujuan dan prosedur instruksional dengan penilaian adalah kunci sukses dalam
membantu siswa mencapai standar dan acuan belajar. Belajar adalah sebuah pengalaman.
Penilaian merupakan proses mengumpulkan bukti belajar sebagai pengalaman dalam
mencapai arah dan tujuan sebuah pembelajaran. Evaluasi dalam pendidikan hadir
ketika ada koleksi penilaian yang dapat diperiksa dan dibandingkan dengan seperangkat
ekspektasi. Jane Pallock
(1992) melaporkan hasil dari aurora Colorado, sekolah ini mencoba untuk
mereformasi penilaian dengan mengidentifikasi tiga hasil dari upaya berikut: 1) sejalan dengan
tujuan wilayah,
2) peningkatan pembelajaran, dan 3) pembelajaran siswa yang lebih luas cakupannya.
Siswa
sudah semestinya diberitahu tentang kriteria penilaian dari awal, sehingga
mereka akan lebih terlibat dalam tugas-tugas belajar karena mereka tahu apa
yang harus dicapai selama proses pembelajaran.
B. Waktu Dimana Evaluasi Dan Assessment Dibutuhkan
Evaluasi adalah proses
dalam menggunakan informasi untuk menilai apakah sebuah program
pembelajaran itu sesuai secara efektif dengan kebutuhan siswa. Evaluasi itu harus menginformasikan
hal-hal seperti: (1) apa yang dibutuhkan
oleh siswa,
(2) seberapa bagus guru sudah memenuhi
kebutuhan siswa,
dan ( 3) apa yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan siswa baik di
bidang afektifnya,
psikomotoriknya maupun kognitifnya. Evaluasi dalam pembelajaran IPS befokus
pada pemahaman siswa pada dunia sosial di sekelilingnya. Proses evaluasi
digunakan untuk mendapatkan informasi
dimana guru dapat lebih efektif dalam membuat rencana bagi individu atau
kelompok.
Setiap
evaluasi secara umum memiliki dua tujuan:
tujuan formatif dan sumatif. Untuk formatif evaluasi memastikan
seberapa baik siswa mengikuti pelajaran dan
seberapa bagus siswa menyelesaikan tujuan utama dari pembelajaran
yang berhubungan dengan mata pelajaran yang dipelajari. Perubahan dan revisi harus dibuat
ketika siswa sudah mengetahui isi atau keahlian yang akan diajarkan atau ketika
dsebuah materi pembelajaran telah dikuasai oleh siswa. Secara keseluruhan tes
formatif dapat memberikan
informasi pada guru untuk menentukan
apakah siswa sudah siap untuk berpindah ke topik baru atau tujuan baru atau
kapankah waktu yang tepat untuk memulai materi baru. Tes evaluasi formatif juga memberikan informasi apakah dibutuhkan
usaha dan waktu yang lebih untuk menguasai keahlian tertentu. Tes formatif
sering kali dilakukan tepat setelah guru mengamati komentar, pertanyaan dan
jawaban siswa selama diskusi berlangsung, dalam tugas esai atau ketika sedang
melakukan tugas-tugas pembelajaran.
Pada evaluasi sumatif, kemajuan siswa dievaluasi pada
akhir aktivitas
pembelajaran, unit
pembelajaran, atau akhir dari bagian suatu capaian kurikulum. Guru biasanya
memiliki salinan dari pekerjaan siswa dan tabel observasi yang dilakukan pada
saat siswa melakukan diskusi kelas untuk mengecek apakah proses pembelajaran
sudah sesuai dengan standar. Jika dibutuhkan pemberian nilai, maka siswa diberi material tugas sumatif
untuk dikerjakan.
Proses
evaluasi tergantung pada tugas-tugas yang diberikan. Pada
tahapan ini assessment yang dilakukan adalah mulai dari tugas mengamati, mengumpulkan, hingga
merekam dan mendokumentasikan
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh murid dan bagaimana mereka melakukannya.
Evaluasi adalah proses menerjemahkan bukti-bukti yang dikumpulkan tugas yang
diberikan dan membuat penilaian serta keputusan berdasarkan tugas tersebut.
(Finn Kelstein,1991).
C. Prinsip
Dasar Dalam Melakukan Assessment Dan
Evaluasi
Pembelajaran
sosial membutuhkan assessment untuk menunjukkan
semua konten area yang mendukung pembelajaran sosial, yaitu area yang
berhubungan dengan kemamuan sosial dan kognitif, nilai dan pengaruh untuk melakukan
tindakan yang dibutuhkan oleh siswa dalam berpartisipasi pada masyarakat yang demokratis
dan dunia secara global (NCSS, 1991). Salah satu komplain yang diberikan oleh guru pengajar IPS tentang tes terstandar
adalah bahwa mereka hanya mengakses sedikit dari apa yang seharusnya mereka akses
sebagai hasil dari pembelajaran IPS. Karena itulah penerapan assessment adalah suatu tantangan khusus
bagi para pengajar IPS dan mereka harus dengan hati-hati memberikannya kepada publik
khususnya kepada siswa.
Siswa seringkali
mengeluh bahwa pembelajaran IPS itu tidak relevan dan bertanya-tanya mengapa mereka
harus mempelajarinya.
Tetapi beberapa murid merasa tertarik pada dunia sosial mereka dan kehidupan
dari berbagai komunitas pada umumnya. Guru IPS harus membantu siswanya menemukan
hubungan antara apa yang mereka pelajari dan pentingnya ilmu yang mereka dapatkan
untuk menjalani
kehidupan mereka sesuai
dengan tempat dimana mereka
tinggal. Salah satu caranya adalah dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap
apa yang diharapkan untuk dipelajari dan untuk mengenali kemajuan siswa pada keseluruhan
aspek tingkah laku yang diharapkan. Siswa seringkali mempunyai konsep yang
salah bahwa hanya yang keluar pada tes saja yang pantas untuk dipelajari. Ketika
dilakukan
assessment
dan tes, umunya hanya berfokus pada materi yang gampang untuk di ujikan dengan jawaban
yang pendek, sehingga dalam hal ini siswa tidak diberikan penilaian pada kemajuannya secara
utuh. Sebaliknya mereka hanya akan bereaksi dengan memfokuskan diri pada
bagian-bagian yang akan di ujikan saja. Usaha untuk merubah tujuan kurikulum dan
metode pembelajaran yang digunakan harus dibarengi dengan perubahan terhadap assessment dan evaluasi.
Pada tahun 1991, NCSS membuat satu pernyataan tentang evaluasi
dan tes “Hanya strategi evaluasi dan tes yang didesain dengan hati-hati yang
mampu membuat guru IPS mengakses konten akademik dan keahlian berpikir yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran”.
Untuk meningkatkan assessment
dan evalusi, maka direkomendasikan
untuk menggunakan panduan dibawah ini:
1.
Instrumen
evaluasi harus:
·
Fokus
terhadap tujuan kurikulum
·
Digunakan
untuk meningkatkan kurikulum
·
Dapat
mengukur baik konten maupun proses
·
Dipilih
untuk tujuan diagnosis, dan pengajaran
·
Menunjukkan
keadilan tingkat tinggi pada semua kelompok dan perorangan.
2.
Evaluasi
terhadap perkembangan siswa harus:
·
Digunakan
hanya untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran
·
Meliputi
berbagai macam instrumen dan metode untuk mengukur pengetahuan, keahlian dan tingkah
laku siswa
·
Sesuai
dengan tujuan dan pengalaman kelas dari siswa yang dievaluasi
·
Berkelanjutan
dan memiliki skala (NCSS, 1991)
Ketika membuat keputusan mengenai nilai, penempatan kelas,
promosi, dokumen NCSS menyatakan “Guru IPS dapat dan seharusnya menggunakan semua
informasi yang ada tentang kemajuan siswa dibidang ilmu sosial. Data diperoleh dari
berbagai macam instrumen dan tehnik assessment…”
(1991, p.5).
Jika assessment dan evaluasi digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran, maka assessment dan evaluasinya
harus diketahui publik dan dipahami oleh mereka yang terlibat dalam pembelajaran
siswa,
yaitu meliputi: guru, murid,
orang tua, administrasi dan masyarakat dalam hal ini perwakilannya, yang
membuat kebijakan dan yang mengatur keuangan dan dewan
sekolah. Menemukan cara untuk melibatkan siswa dalam assessment dan evaluasi dari proses pembelajarannya sendiri, atau menggunakan
assesment sebagai strategi pembelajaran bukanlah
lagi hal yang baru tetapi penerapannya sudah seharusnya terus meningkat.
Guru
merencanakan assessment sebagai bagian
dari pembelajaran dan kurikulumnya. Instrumen
penilaian yang ada di
buku pelajaran atau pada tes standar tidak seharusnya digunakan kecuali pertanyaan
itu sesuai dengan tujuan pembelajaran kelas. Kelompok guru-guru seharusnya
bekerjasama untuk membantu satu
dan yang lainnya dalam meningkatkan kemampuan assessment mereka dan menerapkannya pada kurikulum dan perubahan kelas.
Dalam mengevaluasi cara berpikir siswa, Buchovecky (1996) menyarankan guru
melakukan hal dibawah ini:
·
Fokus
pada bukti yang ada pada hasil kerja siswa
·
Melihat
dengan luas dan terbuka dan tidak berdasarkan kepada eskpektasi
·
Melihat
pola dan petunjuk bagaimana dan apa yang ada pada pikiran siswa
Guru harus
bercermin pada kurikulum dan
pengajarannya dalam mencari bukti yang ada pada hasil kerja siswa. Pada prosesnya
guru dapat mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam observasinya.
Dibawah ini adalah prosedur dan pertanyaan yang dapat membantu dalam
melakukan evaluasi yang sesuai dengan kurikulum dan action research (penelitian eksperimental):
·
Bandingkan
apa yang kamu lihat dan apa yang kaupikirkan tentang hasil kerja siswa dengan apa
yang kamu lakukan di kelas.
·
Catatlah
apa yang kamu lihat dalam hasil kerja siswa yang mengejutkanmu atau yang
menurutmu menarik.
·
Pertimbangkan
kesimpulan apa yang bisa kamu buat tentang proses berpikir siswa.
·
Pertimbangkan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
pada hasil kerja siswa.
·
Pertimbangkan
bagaimana kamu akan membuat pertanyaan-pertanyaan itu lebih rinci.
·
Tanyakan
apakah ada hal-hal yang ingin kamu coba dalam kelas sebagai hasil dari mengamati
hasil kerja siswa. (Buchoveky, 1996).
D. Tes
Nasional Pada Ilmu Sosial
Kunjungan terhadap
website National Assessment pada kemajuan
pendidikan di http://nces.ed.gov/natinalreportcard membuat kita dapat membaca contoh soal tes dan rangkuman
dari tes-tes yang terbaru pada pelajaran geografi, sejarah, dan PKN. Tes-tes ini
memberikan assessment yang sangat luas
pada semua siswa di seluruh Amerika Serikat. Sejarah Amerika dan geografi akan
di tes kembali tahun 2006, dan ekonomi akan di tes untuk pertama kalinya pada tahun
2006. Sejarah Dunia akan di tes kan pertama kalinya tahun 2010, dan PKN akan di
tes ulang tahun 2012. Jenis tes ini menunjukkan tren dalam pembelajaran berbagai
keahlian dan konten ilmu sosial. Ketika digabungkan dengan data geografis dan respon
terhadap pertanyaan survey, maka data itu dapat digunakan untuk menunjukkan skor
rata-rata kelompok. Informasi dari tes NAEP tersebut memberikan kisi-kisi dari prestasi
siswa pada saat dilakukan tes. Hasil itu tidak memberitahu kita apa yang
menyebabkan perbedaan dari prestasi yang di dapat siswa, tetapi ada konsistensi
pada data-data itu selama beberapa tahun dan jika digabungkan dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa 5 ide di bawah ini akan sangat membantu dalam meningkatkan skor
dan juga pembelajaran siswa pada ilmu sosial seperti yang dirangkum oleh The Civic Mission of School (Carnegie
Corporation, 2003):
·
Memberikan
instruksi dalam ilmu sosial secara teratur dari kelas terendah
·
Mendiskusikan
kejadian lokal, nasional, internasional dan membiarkan siswa untuk meneliti sejumlah
perspektif dan untuk memiliki perspektif yang berbeda tentang masalah tersebut.
·
Menggunakan
strategi pembelajaran yang aktif, termasuk simulasi.
·
Menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah dan komunitas dengan berpartisipasi dalam aktifitas
pembelajaran.
·
Memperbolehkan
siswa untuk berpartisipasi dalam organisasi sekolah serta aktifitas ekstrakulikuler.
E. Penilaian dan Evaluasi Di Luar Tes
1. Pertemuan
Keluarga/Orang Tua
Tugas dan
evaluasi individu setiap siswa seringkali dilakukan dengan bekerjasama
dengan anggota keluarga dan siswa. Pada presentasinya, siswa diminta
memberikan informasi dari
pekerjaan hingga kemajuan anggota keluarganya melalui pertanyaan
yang diberikan guru. Dalam
hal ini guru dapat
menawarkan panduan bagi siswa dalam memutuskan apa yang akan dipresentasikan dan bagaimana melakukan presentasi itu
sebagai bagian dari pekerjaan kelas
mereka.
Pada setiap siswa, guru dapat mendiskusikan
pilihan pilihan tertentu dan menawarkan
saran serta memberikan dukungan. Atau dapat juga siswa dapat dijadikan pembicara dalam pertemuan dengan anggota keluarga. Ketika guru memiliki
jumlah murid yang anggota keluarganya tidak berbicara dalam bahasa nasional dalam
jumlah yang banyak, maka guru harus belajar menyapa dan berterimakasih pada
mereka dalam bahasa mereka, walaupun ucapan itu harus ditulis cara membacanya
dan dibaca dari kartu. Tindakan seperti itu akan menunjukkan rasa hormt pada usaha
keluarga untuk dapat hadir dalam
presentasi itu dan juga usaha untuk menghormati budaya mereka.
2.
Performance Assessment
(Penilaian Unjuk Kerja)
Penilaian unjuk kerja ini
adalah metode penilaian dimana siswa menunjukkan kemampuan pengetahuan
mereaka maupun
psikomotorik mereka. Bentuknya bisa bermacam macam, tetapi untuk semuanya,
diharapkan siswa membuat suatu opini dan
bukan hanya memilih respon. Contohnya test ini terjadi ketika siswa diminta
untuk mengidentifikasi arah dalam ruang olahraga. Penilaian unjuk kerja yang
lebih rumit bisa dalam bentuk presentasi
pada proyek yang telah diteliti, termasuk melaporkan hasil penelitian,
memberikan solusi pada masalah,
mendukung penemuan dengan alasan dan fakta, bekerja sama dengan
lainnya, atau merencanakan suatu penelitian. Hasil dari aktifitas yang telah
dilakukan siswa selanjutnya dikumpulkan
dan dinilai atau dilihat dengan
bantuan checklist dan skala rating.
Dalam menggunakan penilaian
unjuk kerja, kinerja siswa dapat secara positif diarahkan
dengan berbagai cara
berikut:
1.
Memilih
tugas yang jelas atau yang sudah pernah diajarkan.
2.
Berbagi
dan memberikan kriteria skor tugas dengan prioritas pada siswa yang mengerjakan
tugas.
3.
Memberikan
perintah yang jelas pada siswa atau beberapa model tugas yang dapat diterima
sebelum mereka mencoba melakukannya.
4.
Mendorong
siswa untuk menyelesaikan tugas individu mereka.
5.
Menginterpretasikan
tugas siswa dengan membandingkannya dengan standar yang dikembangkan dengan
baik, demikian juga dengan tugas dari siswa lainnya.
Ketika penilaian unjuk
kerja digunakan sebagai test standart, maka dapat diukur menggunakan pertanyaan
terbuka. Menurut hasil publikasi Harcourt
Educational Measurement, ilmu sosial dan sejarah merupakan disiplin ilmu
yang ideal menggunakan tugas terbuka. Banyak pertanyaan yang berhubungan dengan
sejarah dan ilmu sosial, memiliki lebih dari satu penyebab, dampak dan hasil.
Pertanyaan terbuka mengharuskan siswa untuk menerapkan konsep dan berpikir
melampaui yang dibutuhkan pada pertanyaan “multiple
choice”. Pertanyaan terbuka membuat siswa
menggunakan pemikiran yang difergent, informasi yang sesuai, dan cara
menjawab yang berbeda.
Banyak
pertanyaan-pertanyaan diterbitkan di website NAEP dan salinan dapat dipesan gratis di National Assessmen website Kemajuan
Pendidikan. Publikasi ini melaporkan keberhasilan siswa dengan setiap pertanyaan yang diberikan,
menyediakan rubrik penilaian, dan menggambarkan setiap tingkat.
Menggunakan dokumen dalam pengajaran sosial merupakan
prosedur standar, namun siswa belum diuji secara resmi pada kemampuan mereka
untuk menggunakan dokumen dalam membentuk kesimpulan, membuat keputusan, dan
memecahkan masalah. Berbasis-dokumen pertanyaan (DBQs) yang muncul dalam jumlah
yang lebih besar dalam tes IPS untuk tingkat dasar, menengah, dan siswa SMA.
siswa diberikan beberapa dokumen dari berbagai jenis (misalnya, buku harian,
kartun, gambar, kertas legals, kliping koran, iklan, atau bagian dari dokumen
pemerintah mulai dari macam macam hukum
dan deklarasi kemerdekaan) yang memberikan informasi tentang topik ilmu sosial.
Tes menyajikan pertanyaan tentang respon yang dipilih
untuk setiap dokumen dan kemudian menyajikan pertanyaan esai pada topik. Siswa
diwajibkan untuk menulis esai beberapa paragraf di mana mereka memeriksa posisi
dokumen, menjelaskan hubungan antara dokumen, dan menjelaskan pentingnya
untuk tema studi sosial. Siswa
diharapkan untuk menghubungkan isi dokumen yang satu untuk menggambarkan sebuah
informasi yang mereka tahu dan membuat kesimpulan.
3.
Rubrik
Penggunaan penilaian numerik,
rubrik, dan narasi membantu mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa. Rubrik
menggunakan kriteria untuk menilai dan mengevaluasi kinerja pembelajaran.
Rubrik dan narasi peringkat penilaian berguna dalam menentukan pembelajaran sosial
lebih lanjut. Rekaman dapat disimpan pada grafik individu atau kelas. Evaluasi
adalah tugas yang sangat penting. Hal ini diperlukan untuk perencanaan yang
efektif pelajaran ilmu-ilmu sosial, untuk memberikan umpan balik kepada siswa
untuk meningkatkan belajar mereka dan untuk berinteraksi dengan siswa bermakna
selama pengajaran di kelas. Maka dengan rubrik yang baik akan memudahkan guru
dalam membuat kriteria untuk menilai dan mengevaluasi siswa.
F.
Model Penilaian
Sistem penilaian perlu dievaluasi
untuk menentukan apakah memberikan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
mendorong pembelajaran IPS yang
bermakna. Dalam menyusun penilaian sebaiknya setiap guru saling berbagi
informasi dengan yang lainnya, hal ini akan lebih produktif jika pada akhirnya
setiap guru dapat membuat model penilaian yang beragam. Beberapa model
penilaian yang ada antara lain:
1.
Checklist
Daftar-pembanding yang dapat mengidentifikasi
perilaku siswa yang diinginkan dalam pelajaran sepanjang hari. Dafta ini
memberikan catatan persepsi guru terhadap partisipasi dan prestasi siswa.
2.
Inividual Portofolio
Portofolio individu adalah contoh
pekerjaan siswa yang menggambarkan apakah siswa benar mampu melakukan sebuah pekerjaan.
Siswa memilih dan mengatur contoh terbaik dari pekerjaan untuk menggambarkan
kemajuannya dari waktu ke waktu. Mereka menyajikan portofolio mereka kepada
guru dan anggota keluarga. Portofolio berisi berbagai produk untuk menunjukkan
berbagai perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa. Secara berkala siswa
menghapus dan mengganti bahan dalam portofolio mereka, atau mereka memulai
bagian baru di dalamnya.
3.
Website Kelas
Penilaian harus melibatkan tidak hanya
guru dan siswa, tetapi juga orang tua. Anggota keluarga dapat diminta untuk
berbagi komentar dengan anak mereka pada tugas dan topik. Dengan mengisi
kuesioner pendek atau laporan untuk guru pada pembelajaran dan pekerjaan rumah
anak mereka, orang tua membantu guru untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang kepentingan anak mereka, kemampuan, dan kebutuhan. Orang tua harus
didorong untuk berbagi laporan tersebut dengan anak-anak mereka dan menawarkan
dorongan dan pujian untuk belajar dan pembelajaran di sekolah.
4.
Jurnal
Jurnal adalah buku harian, dimana siswa
merenungkan pengalaman sekolah mereka. Mereka
saling membantu ketika siswa memiliki tugas individual. Jurnal mendorong
penggunaan tulisan sebagai proses pembelajaran dan komunikasi individu siswa dengan
guru.
5.
Siklus Kualitas/ Prestasi
Siklus kualitas
adalah sesi evaluasi kelompok kecil atau kelas. Laporan ini dapat berupa kuesioner
atau rubrik yang dibuat guru, atau siswa dapat menulis dan berbagi laporan yang
mirip dengan jurnal.
6.
Laporan Evaluasi Diri
Laporan
evaluasi diri adalah laporan yang diisi oleh masing-masing siswa tentang perannya
dalam kelompok. Laporan ini memberikan siswa kesempatan untuk merefleksikan
kontribusi pribadi untuk kelompok dan bagaimana ia lebih baik dapat memperoleh
manfaat dari upaya kelompok.
G. Meninjau
Kembali Penilaian Melalui Penelitian Tindakan
Kelas
Menjadi
seorang perencana yang efektif dari program studi sosial membutuhkan pengarahan
diri sendiri. Dalam hal ini guru dapat menyelesaikan permasalahan kelas, baik
dalam proses pembelaran maupun assesment melalui sebuah Penelitian. Maka, untuk
mengevaluasi kembali kekurangan yang terjadi selama pembelaran, guru harus
melakukan beberapa hal seperti dibawah ini:
- Guru perlu tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam kelas mereka dan harus fokus pada bagaimana reaksi beberapa siswa.
- Guru menilai apa yang terjadi dan mengevaluasi apa yang mereka temukan. Kemudian mereka membuat perubahan untuk meningkatkan pelajaran melalui strategi dan model yang baru.
- Guru harus mencoba mencari solusi perubahan dan mencatat data tentang masalah apa yang terjadi.
- Data ini dianalisis, dan keputusan dibuat perubahan bagaimana yang harus dicapai atau apakah pembelajaran perlu di revisi lebih lanjut dan penelitian perlu dilakukan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Setiap siswa memiliki kekhususan, dan semua siswa berhak mendapatkan penilaian lengkap dan adil.
- Setiap siswa harus diperlakukan dengan hak yang sama dalam pembelajaran, dan dievaluasi dalam hal kebutuhan yang sama untuk belajar, tumbuh, dan berkembang menjadi warga negara yang produktif menghormati dirinya sendiri dan orang lain.
- Penilaian dan evaluasi adalah proses positif yang melibatkan pelajar dan lingkungannya. Tujuan penilaian dan evaluasi adalah untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam mencapai tujuan pembeljaran dalam hal ini khususnya pada pembeljaran IPS.
- Untuk evaluasi yang tepat, penilaian dimulai dengan belajar apa yang siswa tahu dan tidak tahu.
- Proses penilaian dan evaluasi harus berlangsung secara otentik, berkelanjutan dan holistik.
- Guru harus meluangkan waktu untuk belajar tentang siswa mereka, baik melalui orang tua maupun lingkungannya. Hal ini berguna untuk guru agar lebih mudah mengenal karakter siswanya, dan membantu mereka meningkatkan keberhasilan dalam pembelaran.
- Guru harus menyadari bahwa kebutuhan fisik, emosional, dan budaya siswa harus diatasi untuk membantu mereka mendapatkan yang terbaik yang mereka dapat dari sekolah dan akan diukur secara adil dan diakui untuk prestasi mereka.
- Umumnya para guru yang menggunakan berbagai penilaian dan strategi evaluasi yang bervariasi, ditambah dengan rubrik yang menguraikan tingkat yang diperlukan, akan lebih mudah dan mampu untuk mengevaluasi siswa mereka dengan tepat.
B.
Refleksi
Secara ideal
dalam pelaksanaan penilaian dan evaluasi yang saya lakukan disekolah, saya
telah berusaha melakukannya sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian yang sesuai
dengan standar evaluasi dan penilaian. Model-model penilaian yang saya buat
meliputi penilaian kognitif (tes tertulis, penugasan), afektif (penilaian diri,
jurnal, lembar observasi), dan psikomotor (produk, projek, unjuk kerja dll).
Namun dalam pelaksanaannya seringkali konsep penilaian ini berbenturan dengan
kebijakan-kebijakan otoritas setempat yang tidak sesuai dengan kaidah penilaian
dan evaluasi, sehingga pada akhirnya assesment yang dilakukan terhadap siswa
tidak lagi bersifat otentik dan holistik.
0 komentar:
Posting Komentar