Syilvi Indrayani

Love to Teach




A.    KONSEP PEMBELAJARAN:
a.       Tema
:
Dinamika Interaksi Manusia
b.      Sub Tema
:
Hasil kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Lalu
c.       Materi Inovasi
:
Peninggalan Tradisi Hindu dalam Budaya Aceh
d.      Alokasi Waktu
:
1 x Pertemuan (2 x 40 menit)

B.     TUJUAN
·         Siswa mampu mengidentifikasi contoh tradisi-tradisi Hindu yang melekat dalam budaya Aceh
·         Siswa mampu mendeskripsikan pengertian beberapa contoh tradisi Hindu yang melekat dalam budaya Aceh
·         Siswa mampu mensimulasikan beberapa contoh tradisi Hindu yang melekat dalam budaya Aceh
·         Siswa mampu menganalisis makna-makna yang terkandung dari beberapa contoh tradisi Hindu yang melekat dalam budaya Aceh

C.    ISI DAN BAHAN AJAR
Peninggalan Tradisi Hindu Dalam Budaya Aceh
“Pengaruh hindu di Aceh telah terjadai semenjak zaman purbakala seperti yang ditulis oleh ahli-ahli ketimuran Belanda dalam beberapa buku tentang sejarah budaya Aceh”(Prof Dr H Aboebakar Atjeh: 1972 ). Adat dan budaya Aceh yang kental dengan nuansa Islam, masih dipengaruhi oleh tradisi hindu. Hal ini disebakan, sebelum Islam masuk, Hindu telah berkembang di Aceh. Setelah Islam masuk, unsur-unsur hindu dihilangkan, namun tradisinya masih ada yang dipertahankan sampai sekarang.
Asimilasi budaya Aceh, pernah disinggung oleh Teuku Mansoer
Leupeung, Uleebalang (hulu balang) yang dikenal sebagai pujangga. Senada dengan Teuku Mansoer Leupueng, menurut H Muhammad Said dalam makalah budayanya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II, Agustus 1972 menjelaskan, pada tahun 1891, seorang peneliti asing bernama G K Nieman sudah menemukan 150 kata dari bahasa Campa dalam bahasa Aceh. Demikian juga dengan bahasa Khmer ( Kamboja ) tetapi yang sangat dominan adalah bahasa Melayu dan bahasa Arab. Tentang Hindu di Aceh, seperti yang pernah diungkapkan oleh sejarawan Belanda J.C Van Luer, mengatakan bahwa sejarah dan budaya Aceh sebelum kedatangan islam dan bangsa barat telah terisi dengan landasan hindu-sentris (Indonesia Trade and Society, hal 261 )
Walau Islam telah kuat, sebahagian tradisi dan cara hidup hindu ada yang terus melekat pada masyarakat Aceh. Bahkan tradisi yang bersifat positif terus dipertahankan, seperti tradisi hidup bergotong royong dan berbagai tradisi lainnya yang kemudian unsur hidupnya diganti secara bertahap dengan syariat islam.

Tradisi-tradisi hindu yang telah diislamkan tersebut masih ada sampai
sekarang, contohnya:
·         khanduri laet ( kenduri laut ) yang dilakukan oleh para nelayan. Dulu pada acara khenduri laut ini, darah kerbau itu ditampung, asoe dalam (organ dalam) kerbau tersebut beserta kepala, dibungkus kembali dengan kulitnya dan kemudian dihanyutkan ke tengah laut sebagai persembahan kepada penghuni laut. Acara kenduri laut ini masih bertahan sampai sekarang, tetapi seiring dengan masuknya Islam, pemberi sesajen untuk penghuni laut dihilangkan, upacara pembuatan sesajennya diganti dengan kenduri dan doa bersama. Daging sapi atau kerbau yang disembelih tersebut dimakan bersama anak yatim dan fakir miskin agar hajatan yang dilakukan tersebut mendapat berkah.
·         Pemotongan ayam putih dan ayam hitam pada daka (pintu air) tambak oleh petani tambak sebelum panen juga merupakan sisa-sisa tradisi hindu yang masih dilakukan sampai sekarang oleh petani tambak tradisionil. Paha, hati dan dada ayam tersebut baik yang dimasak, dipanggang dan digoreng, bersama dengan masakan lainnya dibungkus dengan daun pisang terpisah-pisah kemudian disatukan dalam pelepah pinang yang dibentuk seperti sampan untuk dipasang pada pohon atau batang kayu ditengah tambak. Ini juga merupakan sisa-sisa tradisi hindu. Kini acara ini mulai diganti dengan makan dan berdoa bersama anak yatim sebelum tambak panen.
·         Peusijuek (tepung tawar) barang-barang berharga yang baru dibeli seperti kereta dan mobil, dengan menggunakan berbagai jenis rumput. Dengan akar rumput tersebut yang telah diikat, air dipercikkan ke barang yang ditepung tawarkan.. Acara peusoen atau peusijeuk orang yang baru sembuh dari sakit atau pulang dari bepergian jauh juga merupakan sisa-sisa tradisi hindu.
·         Begitu juga acara belah kelapa pada saat peutreun aneuk miet (membawa keluar rumah bayi pertama kali) juga merupakan tradisi-tradisi hindu yang masih ada sampai sekarang dalam kehidupan masyarakat Aceh.
·         Dalam berpakaian, tusuk konde pada sanggul wanita juga merupakan tata cara berpakain Hindu yang membudaya dalam masyarakat Aceh sampai sekarang.
Menurut keterangan H.M. Zainuddin dalam tulisannya “Aceh Dalam Inskripsi dan Lintasan Sejarah “. Sebelum Islam masuk ke Aceh, di Aceh telah berkembang kota-kota kerajan hindu seperti : Kerajaan Poli di Pidie yang berkembang sekitar tahun 413 M. Kerajaan Sahe sering juga di sebut Sanghela di kawasan Ulee Glee dan Meureudu, kerajaan ini terbentuk dan dibawa oleh pendatang dari pulau Ceylon. Kerajaan Indrapuri di Indrapuri. Kerajaan Indrapatra di Ladong, Kerajaan Indrapurwa di Lampageu, Kuala pancu.
Semua kota-kota hindu tersebut setelah islam kuat di Aceh dihancurkan. Bekas-bekas kerajaan itu masih bisa diperiksa walau sudah tertimbun, seperti di kawasan Paya Seutui, Kecamatan Ulim (perbatasan Ulim dengan Meurah Dua), reruntuhan di Ladong. Bahkan menurut H M Zainuddin, mesjid Indrapuri dibangun diatas reruntuhan candi. Pada tahun 1830, Haji Muhammad, yang lebih dikenal sebagai Tuanku Tambusi juga meruntuhkan candi-candi dan batunya kemudian dimanfaatkan untuk membangun mesjid dan benteng-benteng.

D.    MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model Discovery Learning yang dikolaborasikan dengan kuis/turnamen kelas yang menggunakan media Kokami. Secara teknis, skenario pelaksanaan pembelajaran di kelas, adalah sebagai berikut:
·         Pada pertemuan pertama guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning, dengan langkah sebagai berikut: 1) Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan pada siswa); 2)  Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah); 3) Data collection (Pengumpulan Data); 4) Data Processing (Pengolahan Data); 5) Verification (Pembuktian); 6) Generalization (kesimpulan/generalisasi)
·         Pada pertemuan kedua guru melakukan proses pembelajaran dengan melaksanakan kuis atau permainan turnamen di kelas dengan menggunakan media kokami (kotak kartu misteri). Untuk melakukan pembelajaran ini, perlu disiapkan kelengkapan seperti sebuah kotak berukuran 30 x 20 x 15 cm, amplop ukuran 15 x 9 cm, dan kartu pesan ukuran 6 x 12 cm. Kokami dapat dibuat secara sederhana yang fungsinya sebagai wadah tempat amplop dan amplop yang berisi kartu pesan. Sedangkan kartu pesan berisi materi pelajaran yang ingin disampaikan kepada siswa, diformasikan dalam bentuk perintah, petunjuk, pertanyaan, pemahaman gambar, bonus atau sanksi. Langkah dalam pembelajaran ini adalah: 1) Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan tiap kelompok duduk berhadap hadapan; 2) Media kokami dan kelengkapannya diletakkan didepan papan tulis diatas meja; 3) Anggota setiap kelompok diwakili seorang juru bicara (pelapor) yang dipilih oleh guru bersama-sama siswa; 4) Selama permainan berlangsung, juru bicara (pelapor) setiap kelompok dibantu sepenuhnya oleh anggota; 5) Juru bicara (pelapor) dalam kelompok selain bertugas mengambil satu amplop dari dalam kokami secara acak dan tidak boleh dilihat, juga membacakan isi amplop dengan keras dan harus diperhatikan oleh semua anggota; 6) Anggota kelompok bertanggung jawab menyelesaikan kartu dalam kotak misteri; 7)Kelompok lain berhak menyelesaikan tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh salah satu kelompok; 8) Pemenang ditentukan dari skor tertinggi dan berhak mendapatkan bonus; 9) Kelompok yang mendapatkan skor terendah akan mendapatkan sanksi.
 
E.     MEDIA
Media yang digunakan pada materi pembelajaran ini yaitu :
·         Pada pertemuan pertama guru menggunakan gambar-gambar dan video yang berkaitan dengan informasi tradisi Hindu di aceh.
·         Pada pertemuan kedua guru menggunakan media Kokami, yaitu kotak berukuran 30 x 20 x 15 cm, yang didalamnya berisi amplop-amplop berukuran 15 x 9 cm, dan 15 lembar kartu pesan ukuran 6 x 12 cm yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait materi pembelajaran.

F.     EVALUASI
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (kognitif), kecakapan/ ketrampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran. Penilaian terhadap kecakapan/ ketrampilan dapat diukur dari kecakapan peserta didik dalam kegiatan diskusi, dan  partisipasi peserta didik dalam simulasi. Dan penilaian terhadap sikap dititik beratkan pada penguasaan soft skill, yaitu kemampuan bekerjasama dalam tim, yang berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.