Syilvi Indrayani

Love to Teach

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku.Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Angga tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannyapun sedikit. Aku pikir dia Workaholic.
Dia menciumku maksimal dua kali sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karna waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan malam berduapun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur dia lebih sering tiduran di kamar, atau main dengan anak-anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karna dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karna jarang makan, dan sering jajan dikantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di rumah sakit, karna sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Wina, temannya Angga saat dulu kuliah.
Wina tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan, dan penuh cinta, ketika dia berbicara seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Wina tidak pernah kenal dekat dengan Angga selama mereka kuliah dulu. Wina bercerita bahwa Angga sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. lima bulan lalu mereka bertemu, karna ada pekerjaan kantor mereka yang memepertemukan mereka. Wina yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Angga yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat-ngingat. lima bulan yang lau, ada perubahan yang cukup drastis pada Angga. Setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa mencium lebih dari tiga kali. Dia membelikan aku parfum baru, danmulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung di depan computernya, atau termenung memegang HP nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Wina pernah datang pada saat Angga sakit dan masih di rawat di Rumah Sakit. Aku sedang memegang piring beserta lauknya dengan wajah kesal, karna Angga tidak juga mau aku suapi, Wina masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
"Hai Lanie, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uuh... dasar anak nakal, sini piringnya,". 
lalu Ia terus mengajak Angga bercerita sambil menyuapi Angga, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan........ aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit dari ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu computernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Wina begitu manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak-anak, dan membawakan eggroll kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. Kali lain, dia datang bersama suami dan kedua anaknya yang lucu-lucu. Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? Karna tanpa bertanyapun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta. Aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung. Bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti Ayahnya. Dia berhasil membuka Password Email Papanya dan memanggilku. "Mama, mau liat surat Papa buat Tante Wina?".
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu.

Dear Wina,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlapyang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, Bahkan pada Lanie. Aku mencintai Lanie karna kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karna dia Ibu dari anak-anakku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh-sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik-konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa. Tapi, aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlahperempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu bagaimana cara menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami. Seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karna kau sudah jadi milik orang lain dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa asal aku bisa melihat Lanie bahagia dan tertawa. Dia bisa mendapatkan segala yang Ia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh harta dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, You are the only one in my heart.

Yours,
Angga

Mataku terasa panas. Alika, anak sulungku memeluk erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku selalu menulis surat untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan dilemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku, aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusisakan dari uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku. Angga merasa heran. karna aku tidak pernah lagi manja dan minta dibelikan macam-macam merk tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku, karna aku malu terlalu lama pacaran. Sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku jadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia juga tahu bahwa aku seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? kenapa dia tidak katakan saja bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? itu lebih aku hargai dari pada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku, lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku. Angga terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Angga adalah kebahagiaaku juga. Karna aku akan selalu mencintainya.

***********************

Setahun kemudian..........
Wina membuka amplop-amplop surat itu dengann air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

"Angga, suamiku........
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku begitu mencintamu, dna begitu possesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja dan tidak memepedulikan aku. Aku merasa diatas angin ketika kamu hanya diam dan memenuhi keinginanku. Aku pikir, aku si Putri cantik yang diinginkan banyak Pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terllau mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.
Ternyata, aku keliru. Aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukaimu. Aku melihat matamu begitu terluka. ketika berkata, "Kenapa Lanie? kenapa kamu mesti cemburu? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku". 
Aku tidak peduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,
Lanie.

Disurat yang lain,
".....kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat. Namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, sepertinya aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Wina...."

Disurat yang kesekian,
"......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah Angga. Engkau lihatkan, aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak ketika emosi. Aku belajar masak, dan selalu membuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan suka menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan Ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu menelponmu, untuk menanyakan, sudahkah kekasih hatiku makan siang? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau di rawat, karna penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah..........
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha menantinya.

Wina menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya. dipeluknya Alika yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir. Pagi ini,
"......... hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke 9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memksamu pulang, karna hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karna waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku dan menyuruhku cepat ganti baju agar tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku, Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu. inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi dihatimu?

Alika menatap Wina dan kemudian bercerita,
"Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah Mama. Dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari Mama seperti siang itu. Dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.
Mama memarkir motornya disebrang jalan. Ketika Mama menyebrang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dengan kecepatan tinggi. Aku tidak sanggup melihatnya terlontar.
Tante, aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak".

Alika memeluk Wina dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit dihatinya, tapi dia sangat dewasa.
Wina mengeluarkan selembar kertas yang ia print tadi pagi...
"Angga mengirim email lagi tadi malam, dan tadinya aku ingin Lanie membacanya".

Dear Wina,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Lanie berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karna kehujanan, aku snagat khawatir dan memluknya. Tiba-tiba, aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar. Inikah tanda-tanda aku mulai mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Wina. dan besok aku akan memberikan surprise untuknya. Aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor ke mana-mana. Bukan karna dia Ibu dari anak-anakku, tapi karna dia belahan jiwaku".

Wina menatap Angga yang semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Lanie. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi Angga. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika sesorang itu telah pergi meninggalkan kita.


(Reposted From STRAWBERRY)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.